Totto-chan: Gadis cilik di jendela
Stasiun Kereta Totto-
chan adalah seorang anak yang mempunyai segudang rasa ingin tahu.
Dia berumur tujuh tahun dan duduk di kelas satu SD. Salah satunya ketika dia
enggan mengulurkan karcisnya kereta api kepada petugas karcis, setelah dijelaskan
oleh petugas karcis, bahwa karcis tersebut adalah milik stasiun kereta, dan
timbulah keinginan Totto-chan ingin menjadi pernjual karcis kereta.
Gadis Cilik di
Jendel Memang seperti anak kecil kebanyakan, tetapi menurut gurunya di sekolah
yang lama, sang gadis kecil telah membuat kacau kelasnya. Sehingga,Totto-chan
pun dikeluarkan dari sekolah. Guru itupun menceritakan berbagai kenakalan
Totto-chan. Totto-chan tidak pernah berhenti membuka-tutup mejanya,
dan setelah satu jam kemudian dia meninggalkan tempat
duduknya lalu berdiri di depan jendela, memandang keluar. Kemudian
guru itu pun berpikir, selama Totto-chan tidak membuat keributan,
biar saja dia berdiri di sana. Tapi tiba- tiba gadis cilik itu
memanggil pengamen jalanan yang berpakaian kumuh. Dan kelas pun
menjadi gaduh.
Perbuatan Totto-chan ini menyulut emosi sang guru. Tidak hanya guru di
kelasnya yang kesal atas perbuatan Totto-chan, guru-guru lain pun terganggu
oleh ulanya. Oleh karena itu, Mama Totto-chan pun terpaksa harus mencari sekolah
lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain. Tetapi mamanya tidak memberi tahu
Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Karena takut Totto-chan akan
menderita tekanan batin.
Sekolah Baru Saat pertama kali
menginjakkan kaki di sekolah barunya, Totto-chan merasa bermimpi. Sekolah itu
bernama Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen sendiri adalah sebuah sekolah unik yang
didirikan di Jepang pada tahun 1937.Ruang kelas sekolah barunya itu menggunakan
enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai.Totto-chan pun menjerit
kegirangan. Dia langsung menyukai sekolah barunya itu. Sekolah itu dipenuhi
oleh bunga berwarna merah dan kuning.
Kepala Sekolah Ketika Totto-chan
bertemu dengan kepala sekolah, dia langsung merasa cocok walaupun awalnya dia
merasa tidak nyaman. Kemudian dia menceritakan semua hal yang dia sukai. Wataknya
yang riang dn terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos.
Tapi jauh di dalam hatiny, dia merasa dirinya di anggap aneh berbeda dengan
anak-anak lain. Kepala sekolah di sekolah barunya, Sosaku
Kobayashi membuat ia merasa aman, hangat dan senang.
Makan Siang Memang, sekolah
itu berbeda dengan sekolah lainnya. Muridnya saja hanya ada kira-kira lima puluh
anak. Apalagi ketika Totto-chan diajak melihat aula tempat
biasa murid-murid makan siang. Dia sangat heran.
Murid-murid diwajibkan membawa makanan yang berasal dari
laut dan pegunungan. Dan Totto-chan pun tidak sabar menunggu hari esok.
Pelajaran di Tomoe Esok harinya,
Totto-chan sangat gembira ketika mau pergi ke sekolah. Di kelas satu di sekolah
Tomoe Gakuen, hanya ada 9 murid. Peraturan di kelas itu sangat aneh menurut
Totto-chan. Setiap anak diberi satu bangku tetap, tetapi mereka boleh duduk
sesuka hati, dimana saja dan kapan saja. Pelajarannya pun sangat aneh. Setiap
anak dibebaskan memilih pelajaran yang akan dipelajarinya. Murid yang suka
mengarang langsung menuliskan sesuatu dan anak yang menyukai pelajaran fisika
bisa langsung memulai praktikum.
Metode
pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati perkembangan anak- anak dan
bidang apa saja yang mereka minati serta cara berpikir dan karakter mereka.
Bagi murid- murid memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang
paling mereka sukai merupakan hal yang sangat menyenangkan.
Santapan dari Laut dan Darat Dan akhirnya, tibalah
waktu makan siang. Setiap anak diwajibkan untuk membawa makanan yang berasal
dari laut dan pegunungan. Makanan yang dari laut contohnya seperti ikan dan
tsukuda- ni (udang kecil dan sejenisnya yang direbus dengan kecap dan sake
manis). Sementara makanan yang berasal dari pegunungan berarti makanan dari
daratan seperti sayuran, daging sapi dan daging ayam.
Mama
Totto-chan sangat terkesan dengan cara ini dan berpendapat bahwa sangat sedikit
kepala sekolah yang mampu menetapkan aturan makan sepenting itu secara
sederhana. Anehnya, keharusan untuk memilih hanya dari dua kategori
itu, justru membuat pekerjaan menyiapkan bekal makan siang menjadi lebih
sederhana.
Totto-chan
merasa gugup di hari pertama ketika makan siang, tapi acara itu menurutnya
sangat menyenangkan. Dan yang lebih menyenangkan lagi menurutnya adalah ketika
menyantap bekal buatan mama, rasanya sungguh lezat.
Yuk Kunyah Baik-Baik Biasanya orang mulai
makan dengan berkata “itadakimasu” (selamat makan). Tetapi di Tomoe Gakuen
lain. Sebelum makan semua bernyanyi. Kepala Sekolah menciptakan lagu khusus
untuk makan siang. Lagunya seperti ini:
Yuk kunyah baik-baik,
Semua makananmu,
Yuk kunyah baik-baik,
Nasi, ikan, sayur!
Barulah setelah selesai bernyanyi, mereka semua mengucapkan “itadakimasu”.
Setelah makan siang,
Berjalan-jalan Sambil Belajar Totto-chan bermain di halaman sekolah
bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas. Anak-anak tak menyadari bahwa
sambil berjalan-jalan yang bagi mereka seperti acara bebas dan main-main
sebenarnya mereka mendapatkan pelajaran berharga tentang sains, sejarah, dan
biologi.
Lagu Sekolah Setiap hari di Tomoe
Gakuen selalu penuh kejutan menurut Totto-chan. Ia begitu bersemangat pergi ke
sekolah. Dan setiap kali pulang dia tidak pernah berhenti bicara. Dia
menceritakan semua yang dilakukannya di sekolah hari itu kepada orang tuanya
dan Rocky, anjingnya.
Bahkan
ketika sudah terbiasa dengan sekolah barunya, Totto-chan masih saja punya
segudang cerita untuk diceritakannya setiap hari. Orang tuanya sangat bersyukur
karena Totto-chan sangat menikmati sekolahnya.
Pemupukan kepercayaan diri juga dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki
hambatan fisik yang kebetulan bersekolah di Tomoe. Perlombaan pada saat
perayaan Hari Olahraga di Tomoe sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga
mereka dapat ikut serta. Bahkan dapat menjadi pemenang.
Takahashi, seorang murid yang tubuh, tangan dan kakinya berukuran pendek,
mampu meraih juara umum. Kaki dan tangan Takahashi yang pendek membantunya
memenangkan bermacam-macam lomba, seperti perlombaan menaiki tangga yang anak
tangganya tersusun rapat, dan perlombaan merayap ke dalam ikan karper yang
terbuat dari kain. Perlombaan yang berhasil membuat seorang anak yang memiliki
hambatan fisik merasa dirinya mampu berprestasi seperti anak-anak lainnya.
Bahkan saking ingin menjaga mental anak didiknya, Kepala Sekolah pernah
memarahi seorang guru yang pada saat menerangkan pelajaran biologi menanyakan
pada seorang anak, apakah anak itu masih punya ekor. Pertanyaan yang wajar
ditanyakan seorang guru saat pelajaran. Pertanyaan yang biasa saja bila
ditujukan kepada anak normal. Namun pertanyaan tersebut kebetulan ditujukan
pada seorang anak yang mengalami kelainan pada pertumbuhan tubuhnya. Kepala
Sekolah tak ingin perkembangan jiwa si anak terganggu, karena merasa dirinya
dianggap makhluk aneh.
Pada suatu hari, dalam perjalanan sekolah di atas kereta api, Totto-chan
berpikir apakah Tomoe Gakuen punya lagu sekolah. Karena ingin tahu secepat
mungkin, ia tidak sabar menunggu sampai kereta tersebut sampai ke stasiun yang
terdekat di sekolahnya.
Begitu
kereta memasuki stasiun Jiyugaoka, Totto-chan langsung melompat turun dan
melesat dengan cepat. Begitu masuk gerbong kelasnya, dia langsung bertanya
kepada temannya apakah sekolah Tomoe Gakuen itu punya lagu sekolah. Tetapi
temannya menjawab tidak. Dan dia beserta teman- temannya pergi ke kantor kepala
sekolah untuk meminta dibuatkan lagu sekolah. Dan kepala sekolahnya pun
berjanji besok pagi lagu sekolah itu pasti siap.
Dan
keesokan harinya, ada pengumuman yang ditempelkan disetiap kelas, yang menyuruh
setiap anak dan guru berkumpul di lapangan sekolah. Totto-chan bergabung dengan
murid-murid lain, semua penasaran ingin tahu. Sambil membawa papan tulis ke
tengah lapangan, kepala sekolah berkata, “ Nah, dengar, ini lagu untuk Tomoe,
sekolah kalian.” Tetapi lagu itu sangat pendek. Dan anak- anak pun
tidak menyukai lagu itu.
Kepala Sekolah pun merasa sedikit kecewa. Tetapi dia tidak
marah. Mungkin kepala sekolah tidak pernah berpikir untuk membuat lagu sekolah.
Jadi, ketika nada-nada itu dihapus dari papan tulis, berakhirlah masalah dan
Tomoe Gakuen tidak pernah punya lagu sekolah.
Nama Totto-chan Nama Totto-chan yang
sebenarnya adalah Tetsuko. Sebelum ia lahir, semua teman orang tuanya yakin bahwa
bayi yang akan lahir itu berjenis kelamin laki- laki. Mereka pun memutuskan
menamai bayi mereka Toru. Ketika ternyata yang lahir bayi perempuan, mereka
sedikit kecewa.
Tapi
mereka menyukai huruf Cina untuk Toru, maka mereka menggunakan huruf itu untuk
nama anak perempuan dengan memakai ucapan versi Cina tetsuko dan menambahkan
akhiran ko yang biasa digunakan untuk nama anak perempuan.
Jadi, semua
orang memanggilnya Tetsuko-chan. Tapi bagi gadis cilik itu, nama itu
tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi, setiap kali seseorang bertanya
siapa namanya, ia akan menjawab, Totto-chan. Ia bahkan mengira chan adalah
bagian dari namanya. Papanya kadang memanggil Totsky seolah ia anak laki-laki.
Acara
Lawak di Radio Totto-chan suka mendengarkan lawakan radioa, jika lawakannya lucu ia akan
tertawa terpingkal-pingkal. Ada satu hal yang pasti, anak-anak memang memiliki
rasa humor yang alami. Semuda apapu umur mereka, anak-anak sellau tahu bila
sesuatu memang benar-benar lucu.
Akan ada Gerbong Baru Di sekolah Tomoe
akan ada sebuah gerbong baru untuk ruang perpustakaan. Dan anak-anak
yang ingin melihat datangnya gerbong tersebut harus menginap di sekolah. Karena
gerbong tersebut akan datang pada malam hari. Mereka pun berkumpul di sekolah
setelah sempat pulang ke rumah untuk mengambil piama dan selimut. Totto-chan
dan teman- temannya tidak akan pernah lupa malam itu. Saat gerbong yang baru,
datang.
Kolam Renang Keesokan harinya,
ada kejadian yang membuat Totto-chan bertambah heran. Kepala sekolah Tomoe
Gakuen mengizinkan anak muridnya untuk berenang tanpa memakai sehelai baju pun.
Ini dimaksudkan untuk mengajarkan muridnya bahwa semua tubuh itu indah. Karena
ada beberapa murid di sekolah Tomoe Gakuen yang terkena polio dan cacat tubuh.
Kepala
Sekolah berpendapat jika mereka bertelanjang dan bermain bersama, rasa malu itu
akan hilang dan membantu menjauhkan mereka dari rasa rendah diri. Akibatnya
hampir semua murid Tomoe Gakuen berkulit cokelat, dan hampir tidak
ada yang kulitnya belang putih bekas baju renang.
Euritmik Setelah liburan musim
panas berakhir, semester kedua pun dimulai. Di Jepang, tahun ajaran sekolah
dimulai pada bulan April. Sebagian besar jam pelajaran di Tomoe Gakuen diisi
dengan pelajaran musik, metode ini diterapkan oleh Sosaku Kobayasi setelah
belajar setahun bersama pecipta euritmik
Jaques Dalcroze, dengan tujuan untuk membuat kepribadian yang ritmik, yaitu
kepribadian yang kuat, indah, selaras dengan alam, dan mematuhi hukum-hukumnya.
Pakaian Paling Usang Pada waktu mau masuk
sekolah, kepala sekolah berpesan kepada para orangtua agar mengenakan
pakaian paling usang ketika ke sekolah. Dia ingin semua murid mengenakan pakaian
usang agar mereka tidak perlu mengkhawatirkan pakaian mereka akan kena lumpur
atau robek. Menurutnya, sayang kalau anak-anak harus takut dimarahi akibat
mengotori pakaian mereka, atau ragu-ragu bergabung mengikuti suatu permainan
karena cemas baju mereka akan robek.
Takahashi Suatu pagi, sekolah
Tomoe Gakuen kedatangan murid baru. Namanya Takahashi. Dia sekelas
dengan Totto-chan dan berasal dari Osaka. Osaka adalah kota impian yang belum
pernah dilihat Totto-chan. Dan saat itu Totto-chan meminta Takahashi untuk
menceritakan tentang Osaka. Sayangnya, lonceng berdentang, tanda jam pelajaran
pertama dimulai. Totto-chan pun merasa sedikit kecewa. Dan Takahashi pun
menjadi salah satu sahabat Totto-chan.
Lihat Dulu, Baru Lompat Dalam perjalanan pulang
dari sekolah, tak jauh dari rumah, di pinggir jalan Totto-chan menemukan
sesuatu yang menarik perhatiannya, gundukan pasir yang tinggi. Totto-chan
senang sekali. Setelah melompat-lompat kecil, ia berlari kencang kearah gundukan
pasir itu lalu melompat ke puncaknya. Tapi, ternyata itu bukan gundukan pasir.
Di dalamnya ada adonan semen abu-abu.
Kemudian
Totto-chan pun terbenam ke dalam semen itu. Lama-kelamaan badannya tenggelam
sampai dada. Ia tampak seperti patung, lengkap dengan tas sekolah dan sepatu.
Semakin kuat ia mencoba keluar, semakin dalam kakinya terbenam. Sepatunya pun
hampir lepas. Sampai sore hari tidak ada yang menolongnya. Sampai mama
menemukannya di dalam gundukan semen itu. Mama yang mencoba menolongnya,
kakinya malah ikut terperosok ke dalam gundukan itu.
Selang
beberapa lama, akhirnya Totto-chan dapat keluar dari gundukan semen itu. Dan
mama pun mengingatkannya agar tidak melompat ke dalam sesuatu sebelum
mengetahui isinya. Hari-hari di musim gugur semakin pendek. Ketika akhirnya
mereka sampai di rumah langit benar-benar sudah gelap.
Kami
Hanya Main-Main Suatu hari setelah pulang sekolah,
Toto-chan mengalami kecelakaan parah, pada saat bermain dengan Rocky anjing
peliharaannya, telinga Toto-chan digigit rocky hingga berdarah.
Thank You Liburan tahun baru
hampir tiba. Totto-chan berencana akan pergi bermain ski bersama papa dan mama.
Teman papanya, Hideo Saito, pemain cello dan dirigen di orkestra tempat papa
bermain, punya rumah peristirahatan yang indah di Tanah Tinggi
Shiga. Mereka biasa menginap di sana pada musim dingin. Totto-chan mulai belajar
bermain ski sejak bersekolah di taman kanak-kanak.
Bagi
Totto-chan, tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya. Kini ia sudah kelas
satu sekolah dasar dan sudah tahu bahasa Inggris walaupun sedikit. Papa
mengajarinya bagaimana mengucapkan “thank you”.
Gerbong Pepustakaan Ketika kembali ke sekolah setelah liburan musim
dingin, anak-anak melihat sesuatu yang baru dan menakjubkan. Mereka
berteriak-teriak kegirangan melihatnya. Di seberang deretan kelas ada satu
gerbong baru, di samping petak bunga, dekat Aula. Ketika mereka berlibur,
gerbong itu telah ditata menjadi perpustakaan.
Kepala
sekolah mengatakan bahwa semua murid boleh datang ke perpustakaan kapan saja
serta boleh meminjam buku untuk dibawa pulang. Dan jika sudah selesai membacanya,
mereka harus mengembalikan buku itu. Dan kalau ada yang punya buku di rumah
yang pantas dibaca oleh teman-teman, kepala sekolah akan senang sekali jika
mereka membawa buku itu ke perpustakaan.
Anak-anak
sangat gembira. Karena belum terlalu lancar membaca, Totto-chan memilih buku
bergambar yang tampak paling menarik. Buku yang dipilih Totto-chan rupanya
berisi cerita rakyat. Ceritanya tentang putri orang kaya yang tidak bisa
mendapatkan suami karena dia selalu buang angin. Akhirnya, orangtuanya berhasil
menemukan suami untuk putrinya. Tetapi gadis itu terlalu bersemangat pada hari
pernikahannya hingga tanpa sadar, dia buang angin lebih kencang dari biasanya.
Angin itu mengangkat suaminya dari ranjang, memutar-mutar tubuhnya tujuh setengah
kali, lalu membenturkan pria malang itu ke dinding sampai pingsan.
Gambar
yang paling menarik di buku itu adalah gambar yang menunjukkan si pengantin
pria berputar-putar di dalam kamar karena diterbangkan angin. Sejak itu, banyak
anak yang ingin membaca buku tersebut.
Tahun Kedua di Tomoe Tak terasa musim
semi telah tiba. Hari itu tepat setahun sejak pagi hari ketika untuk pertama
kalinya Totto-chan datang ke Tomoe Gakuen bersama mama. Sekarang Totto-chan dan
teman-temannya gembira karena status baru mereka sebagai anak kelas dua. Mereka
menonton anak-anak baru di kelas satu dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi
Totto-chan, tahun-tahun yang sudah ia lewati penuh dengan berbagai peristiwa.
Guru Pertanian Kepala sekolah memperkenalkan
seorang guru baru. Dia adalah petani yang diminta kepala sekolah
untuk mengajarkan cara bercocok tanam kepada muridnya. Petani itu mengajarkan
apa saja yang dia bisa. Walaupun seorang petani, murid-murid menghormatinya
layaknya seorang guru. Dan mereka menyebutnya guru pertanian.
Pengantinnya Setahun kemudian,
Totto-chan sudah duduk di kelas tiga. Dan dia sangat sedih karena dia sangat
menyukai Tai-chan. Tai-chan anak yang cerdas dan mahir dalam pelajaran fisika.
Tai-chan juga pintar bahasa Inggris dan dia yang mengajari Totto-chan
mengucapkan kata rubah dalam bahasa Inggris. Tetapi suatu hari, Tai-chan pernah
berbicara kasar terhadapnya. Dan itu membuatnya sangat sedih. Hanya karena
Totto-chan melempar Tai-chan keluar arena waktu gulat sumo. Dan itu membuat
Tai-chan sangat malu.
Anak yang Bicara
Bahasa Inggris Tomoe Gakuen kedatangan anak baru lagi. Tubuhnya terlalu jangkung dan
tegap untuk anak laki-laki seusianya. Menurut Totto-chan perawakannya seperti
anak kelas tujuh. Pakaiannya juga beda, mirip pakaian anak dewasa.
Pagi itu anak-anak berkumpul di halaman sekolah. Dan kepala sekolah pun
memperkenalkan murid baru. Namanya adalah Miyazaki. Dia lahir dan dibesarkan di
Amerika. Jadi, Miyazaki tidak lancar berbicara dalam bahasa Jepang. Kepala
sekolah meminta murid-muridnya untuk membantu Miyazaki mengenal lingkungan
sekolahnya.
Biola Papa Sebelum mereka sadari,
perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa dalam kehidupan Totto-chan
dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di lingkungan tempat
tinggalnya dikirim untuk pergi perang. Bahan pangan dengan cepat menghilang
dari toko-toko. Semakin lama semakin sulit untuk memenuhi aturan makan siang di
Tomoe Gakuen, yaitu menyediakan sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan.
Hampir semua kebutuhan dijatah. Di mana-mana tidak ada lagi orang yang menjual
permen.
Rocky Hilang Banyak serdadu gugur,
makanan sulit didapat dan semua orang hidup dalam ketakutan, tapi musim panas
tetap datang seperti biasa. Tidak ada lagi acara berkemah di Tomoe dan tak ada
lagi piknik-piknik yang menyenangkan ke sumber air panas.
Jamuan Minum Teh
Ryo-chan, tukang kebun di Tomoe akhirnya dipanggil untuk berperang. Dia
sudah dewasa, tetapi mereka selalu memanggilnya dengan panggilan
kanak-kanaknya. Ryo-chan bagaikan malaikat pelindung yang selalu menyelamatkan
setiap kali ada anak yang mengalami masalah. Ryo-chan bisa melakukan apa saja.
Kepala sekolah merencanakan acara jamuan minum teh untuk mengantarkan
keberangkatan Ryo-chan. Ini jamuan minum teh yang pertama di Tomoe. Jamuan
minum teh adalah hadiah perpisahan yang menyenangkan dari Ryo-chan untuk
anak-anak, walaupun ketika itu anak-anak sama sekali tidak punya bayangan
tentang apa yang terjadi di luar lingkungan mereka. Jamuan minum teh menjadi
permainan terakhir yang para murid mainkan di Tomoe sebelum mereka berpisah dan
pergi menjalani kehidupan masing-masing.
Sayonara-Sayonara Ryo-chan pergi naik
kereta Toyoko. Kepergiannya bertepatan dengan kedatangan pesawat-pesawat
Amerika. Pesawat-pesawat itu akhirnya muncul di langit Tokyo dan mulai
menjatuhkan bom setiap hari.
Karena banyaknya bom yang dijatuhkan tentara Amerika, akhirnya Tomoe Gakuen
pun terbakar. Kejadiannya di malam hari. Sekolah yang merupakan impian Sosaku
Kobayashi, sang kepala sekolah terbakar habis. Sekolah itu roboh bersamaan
dengan bunyi-bunyi yang mengerikan, bukan iringan suara-suara yang amat
disayanginya, suara tawa dan nyanyian anak-anak. Api, yang tidak mungkin
dipadamkan, meratakannya dengan tanah. Api berkobar dimana-mana diseluruh
Jiyugaoka.
Di tengah semua itu, kepala sekolah berdiri di tengah jalan sambil
memandang Tomoe terbakar. Seperti biasa, dia mengenakan setelan tiga potong
berwarna hitam yang sudah usang. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam
saku. “Sekolah seperti apa yang akan kita bangun lagi?” tanyanya kepada
putranya, Tomoe, yang berdiri di sampingnya. Tomoe mendengar kata-kata
ayahnya,terpana dan tidak bisa berkata apa-apa. Kecintaan Mr. Kobayashi
terhadap anak-anak dan ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat daripada api
yang sekarang membakar sekolahnya.
Totto-chan berbaring dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di
antara orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju Timur Laut. Ketika dia
memandang ke luar jendela, dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala
sekolah, “Kita akan bertemu lagi!”. Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu.
Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu lagi dengan Mr. Kobayashi,
Totto-chan akhirnya tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para
penumpang yang diliputi kecemasan.
Di akhir buku cerita ini Si penulis menceritakan tentang teman-temannya
yang dulu pernah bersekolah di Tomoe Gakuen. Akira Takahashi, temannya yang
terkena polio tidak pernah bertambah tingginya. Tapi dengan nilai-nilai yang
sangat bagus, dia berhasil diterima di SMU yang terkenal di Jepang. Setelah itu
dia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Meiji dan meraih gelar insinyur
listrik. Sekarang dia menjadi manajer personalia di sebuah perusahaan elektronik.
Dan Totto-chan pun mengunjungi Takahashi dan istrinya di Hamamatsu.Mereka
bernostalgia dengan menceritakan perasaan mereka saat bersekolah di Tomoe
Gakuen.
Miyo-chan, putri ketiga Mr. Kobayashi, lulus dari Departemen Pendidikan
Kolese musik Kunitachi dan sekarang mengajar musik di sekolah dasar yang
merupakan bagian dari kotese itu. Seperti ayahnya, dia sangat suka mengajar
anak-anak kecil.
Tai-chan, orang yang pernah disukainya, menjadi salah satu ahli fisika
Jepang yang terkenal. Sekarang dia tinggal di Amerika, bekerja di laboratorium
terbesar di dunia dan menjadi asisten direktur. Tai-chan menikah dengan gadis
berbakat yang lulus dengan nilai-nilai yang bagus di bidang Matematika dari
University of Rochester.
Ryo-chan, si penjaga sekolah , yang pergi ke medan perang, kembali dengan
selamat. Dia tidak pernah melewatkan acara reuni siswa Tomoe setiap tanggal 3
November.
0 komentar:
Posting Komentar