HAL-HAL YANG MENARIK
DALAM BUKU TEACH LIKE FINLAND
1. Pada tahun 2001, Finlandia
mengejutkan dunia, negara kecil dengan penduduk 5,5 juta orang memenangkan
sebuah studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization For
Economic Coperation And Development) tentang kemampuan anak-anak berusia 15
tahun yang berhubungan dengan keterampilan membaca, matematika dan ilmiah yang
telah mereka peroleh di dalam dan di luar sekolah atau yang dikenal dengan PISA
(Programme For International Student Assesment) atau Program penilaian siswa
internasional. (hal.xii)
2. Kesuksesan sekolah-sekolah Finlandia
menurut orang Finlandia karena 5 unsur, empat berkaitan langsung dengan sekolah
dan amanat yang diembannya dan satu adalah tentang apa yang dilakukan oleh
anak-anak ketika tidak di sekolah. (hal.xiv)
Ø Pertama :
Sekolah komprehensif tempat anak-anak mulai belajar di usia 7 tahun,
menyediakan pendidikan dan pembelajaran yang seimbang, menyeluruh dan
berorientasi pada anak serta meletakkan suatu fondasi pembelajaran yang baik
dan pantas. (hal.xiv)
Ø Kedua :
Pendidikan komprehensif mengalami reformasi yang lebih tinggi, para guru harus
lulus dari program magister berbasis penelitian yang sama seperti profesi lain
di Finlandia. Para guru lulusan baru mempelajari psikologi anak, pedagogi,
pendidikan khusus, mata pelajaran didaktik, dan kurikulum yang lebih banyak daripada rekan-rekan mereka
di perguruan tinggi sebagai bekal tanggung jawab profesi mereka yang lebih luas
di sekolah. (hal.xv)
Ø Ketiga :
Pendidikan Finlandia memutuskan untuk mengembangkan mekanisme yang permanen
demi mengamankan dan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan siswa di semua
sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa kurangnya kesehatan dan
kesejahteraan yang mendasar di rumah tidak menghalangi kesempatan anak didik
untuk menjadi berhasil. (hal.xv)
Ø Keempat :
Kepemimpinan pendidikan di level tengah, contohnya sekolah dan distrik
setempat, harus berada ditangan pendidik yang berpengalaman dan bekualitas.
(hal.xvi)
Ø Kelima :
Selain belajar di intenal sekolah, para siswa juga belajar di luar sekolah. Ada
sekitar 100.000 asosiasi non-pemerintah dengan sekitar 15 juta anggota di
Finlandia, perkumpulan ini menunjukan bahwa orang Finlandia secara aktif ikut
serta dalam berbagai macam di luar pekerjaan dan sekolah mereka. (hal.xvii)
3.
Menurut
Raj Raghunathan, Profesor dari Sekolah McCombs, Universitas Texas di Austin dan
Pengarang If You’re So Smart, Why Aren’t You Happy (2016)
mengajukan 4 bahan belajar mengajar yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan
yaitu rasa memiliki, kemandirian, penguasaan dan pola pikir (Pinsker, 2016) dan
Timothy menambahkan dari daftar ini yaitu kesejahteraan. (hal.xxiv)
BAB I KESEJAHTERAAN
“Kebahagiaan bukan hasil dari kesuksesan, namun kunci kesuksesan”,
strategi yang ditelah dipelajari (pengarang) disekolah Finlandia mempromosikan
pentingnya kesehatan fisik, emosi, dan mental guru & siswa, yang akhirnya
memperbaiki kualitas belajar mengajar dan membuat kelas lebih menyenangkan.
a.
Jadwal Istirahat Otak
Anak-anak
Finlandia terbiasa punya istirahat 5 menit setiap 45 menit pelajaran, selama
jam istirahat tersebut anak-anak keluar untuk bermain dan bersosialisasi dengan
teman-teman mereka. (hal.7). Kesimpulannya bahwa keuntungan mendasar dari
istirahat Finlandia ini adalah cara untuk membuat anak-anak tetap fokus, yaitu
dengan menyegarkan otak mereka.
b.
Belajar Sambil Bergerak
Penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi resiko
penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan
perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental (Walker,
2015).hal.14.
Pemerintah
Finlandia berinisiatif untuk membuat anak-anak aktif dalam satu hari yang
disebut Finnish School on the Move (sekolah Finlandia bergerak).hal.16.
c.
Recharge Sepulang Sekolah
Beban
mengajar full selama seminggu di sekolah Helsinki hanya 24 jam, yang artinya
jika istirahat 15 menit ikut dihitung, hanya 18 jam tatap muka setiap minggu.
Hal.24. Telah berulang kali disampaikan bahwa di Finlandia tidak ada pekerjaan
rumah, guru-guru tidak ingin membebani anak-anak dengan tambahan pekerjaan
rumah, karena mereka memahami pentingnya waktu luang. Hal.30.
d.
Menyederhanakan Ruang
Dari sudut
pandang seorang Finlandia, sangat tergantung pada bagaimana membuat ruang
tinggal seseorang sesederhana mungkin. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang
mengungkapkan bahwa anak-anak lebih mudah teralihkan perhatiannya oleh
lingkungan visual, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan
tugas dan menunjukan hasil belajar yang kurang maksimal saat dinding penuh
dengan dekorasi daripada ketika dekorasi tersebut dihilangkan (Fisher. Goldwin
& Sheltman, 2014, hlm. 1362). Hal.32.
e.
Menghirup Udara Segar
Merupakan
strategi sederhana untuk kesejahteraan dan proses belajar yang lebih baik di
dalam kelas. Sekolah-sekolah Finlandia memiliki alasan pentingnya menghirup
udara segar. Ketika kita menghirup nafas, kita (menghembuskan) karbon dioksida,
dan jika karbon dioksida menjadi sangat tinggi di dalam kelas, itu sungguh akan
menghentikan pembelajaran, karena otak tidak dapat bekerja. Hal.39.
f.
Masuk ke Alam Liar
Penelitian
menegaskan bahwa alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan
diri mereka, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibatnya kurangnya mendapat
perhatian, menenangkan anak, membantu mereka untuk fokus, mengurangi bullying,
menjadi penangkal obesitas dan kelebihan berat badan pada anak serta memberi
manfaat psikologis dan kesehatan fisik lainnya (Walker, 2016a). Hal.43)
g.
Menjaga Kedamaian
Suasana
kelas di sekolah-sekolah Finlandia sangat damai luar biasa baik pada guru
maupun murid terlihat sangat tenang dan tidak terburu-buru, salah satunya
kebijakan yang diberlakukan yaitu bekerja tanpa menggunakan alas kaki (sebuah
tradisi di rumah dan sekolah Finlandia). Hal.46. Kedamaian dan ketenangan tanpa
tekanan di sekolah-sekolah Finlandia ini merupakan alasan utama mengapa siswa
Finlandia dapat belajar secara efisien dan menunjukkan hasil yang sangat baik
saat ujian internasional seperti PISA. Hal.47.
Berdasarkan
artikel “How Noise Pollution Impairs Learning” (Olga Khazan, 2016), staf
penulis Atlantic melakukan penelitian yang melibatkan 106 balita:
“Pertama,
1 kelompok anak berusia 2 tahun diajari 2 kata yang tidak umum...dengan tingkat
kebisingan antara 5-10 dB lebih rendah daripada suara guru kelas. Anak-anak
berhasil mempelajari kata-kata baru tersebut jika kebisingan di dalam kelas
relatif rendah, namun tidak sebaliknya”. Hal.48.
BAB II RASA DIMILIKI
a. Merekrut Tim Kesejahteraan
Jika
kita memiliki hubungan kurang ideal rekan kerja, teman bahkan keluarga
konsekuensinya kita akan merasa terisolasi dalam kehidupan kita, tetapi
guru-guru sekolah di Finlandia memiliki hubungan yang kuat dengan rekan kerja
yang lain, sehingga akan mudah melaksanakan 6 strategi untuk menguatkan rasa
dimiliki didalam kelas yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan mereka,
merayakan keberhasilan mereka, mengejar impian kelas, menghapus perisakan
(bullying) dan berkawan.
b. Mengenal Setiap Anak
Sebelum
anak-anak naik ke kelas 5, mereka didampingi guru kelas yang sama selaam 4
tahun, dari kelas 1 sampai kelas 5. Sehingga akan terbentuk ikatan guru dan
murid yang sangat kuat. Hal.59. Bebarapa cara yang bisa dilakukan seperti tegak
berdiri didepan pintu dan menyapa mereka satu persatu saat memasuki kelas,
makan siang bersama ana-anak dan kunjungan rumah siswa.
c. Bermain dengan Murid-Murid
Pada
saat hari pertama sekolah guru-guru di Amerika menyusun rencana pembelajaran
yang rinci. Tetapi sangat berbanding terbalik di Finlandia, saat minggu pertama
sekolah tiba, guru-guru Finlandia tidak mempersiapkan kelas mereka selama musim
panas. Pendidik Finlandia menyadari bahwa struktur kelas, yang biasanya dimulai
dengan membuat peraturan, menentukan rutinitas, prosedur memang perlu. Namun,
mereka menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran yang menyapa, tidak
terlalu banyak tekanan, terlebih dahulu.
d. Merayakan Pembelajaran Mereka
Yang
membedakan sekolah negeri Finlandia dengan negara lainnya seperti Amerika, ada
mata pelajaran yang jarang bahkan tidak bisa dijumpai ditempat lain yaitu kelas
memasak, tekstil dan pertukangan. Selain belajar memasak, siswa juga bisa
menikmati hasil karya mereka dan merayakan apa yang telah mereka pelajari.
Praktik yang sederhana ini dapat mendorong pencapaian dan kemandirian siswa
dikelas, tetapi juga membentuk rasa dimiliki guru dan murid, mengejar suatu
tantangan bersama dan merayakan hasil kerja mereka bersama. Siswa yang mengikuti
kelas memasak dengan serius, sehingga berkembang menjadi juru masak yang
kompeten karena mereka termotivasi dari dalam. Hal.71.
e. Mengejar Mimpi Kelas
Setiap
penghujung tahun ajaran, sekolah dasar Finlandia mengadakan perayaan belajar
yang besar, kegiatannya yaitu kemah sekolah, walaupun membutuhkan uang yang
besar namun kemah sekolah ini mampu membuat anak-anak saat kembali ke sekola,
terlihat perubahan positif menjadi dalam diri meraka, anak-anak seperti sebuah
tim daripada kelompok yang beranggota 24 orang. Dalam sebuah kelas harus
memiliki banyak mimpi, mimpi kelas harus terbangun atas dasar sepengetahuan
siswa dan kesepakan bersama. Hal.77.
f.
Menghapus Perisakan (Bullying)
Sebagai
pemimpin kelas ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memutus perisakan,
strategi yang bisa diterapkan yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan siswa,
merayakan hasil belajar siswa, mengejar mimpi kelas. Strategi tersebut bisa
menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki didalam kelas. Menurut
laporan U.S. National of Academic of Science, Engineering and Medicine 18%-31%
anak-anak dan remaja Amerika mengalami perisakan di sekolah. Hal.81.
BAB III KEMANDIRIAN
Sekolah dasar finlandia menerapkan
sistem Kemandirian bagi muridnya, karena murid-murid sudah diajarkan sejak
kelas 1, pada saat pulang sekolah mereka terbiasa pulang sendiri tanpa harus
ada protokol yang mengantar mereka ke gerbang sekolah. Hal 89.
a.
Mulai dengan Kebebasan
Murid-murid
sekolah Finlandia memiliki ruang yang bebas dalam menyalurkan ide mereka tanpa
ada pembinaan secara ketat dari guru. Pada Kemah Sekolah mereka telah
menunjukan apa yang telah dicapai secara individual dan kelompok, ketika diberi
kemandirian yang besar.
b.
Meninggalkan Batas
Strategi
ini diterapkan oleh Walker dalam model pelatihan penulisan yang memberikan
banyak kesempatan bagi para murid untuk bekerja secara mandiri, dengan demikian
banyak batas yang dapat dimasukkan guru untuk membangun peluang tanpa perlu
melembagakan model pelatihan ini. Apa yang esensial adalah bahwa para murid
memiliki banyak waktu untuk melakukan kerja mandir yang bermakna, yang mmebuat
guru memiliki waktu yang luas ketika menawarkan masukan yang berarti.
c.
Menawarkan Pilihan
Dengan
memberikan siswa kita kegiatan berbasis kurikulum yang menarik (sebagaimana
yang disarankan oleh para pendidik anak usia dini Finlandia) atau tugas terbuka
dengan beberapa pilihan didalamnya (seperti proyek sejarah Finlandia) ini menjadi
suatu langkah yang baik untuk mendorong kemandirian siswa didalam kelas. Hal.
106.
d.
Buat Rencana Bersama Siswa Anda
Istilah
perencanaan bersama berbagi tanggung jawab untuk menentukan arah pembelajaran
terdengar masuk akal. Hal ini memungkinkan guru dan murid untuk bekerjasama
membuat produk sekolah yang luar biasa. Hal.108.
e.
Buat Jadi Nyata
“Saya
dulu berpikir bahwa cukup berkata kepada murid saya alasan dibalik suatu
pembelajaran (konsep matematika, contohny). Namun perkataan saya tampaknya jarang
memuaskan kebutuhan mereka untuk memahami relevansi dari pekerjaan mereka.
Karena ini begitu sering terjadi, saya memerlukan contoh yang baik sehingga
saya dapat membuar pembelajaran menjadi lebih nyata untuk anak-anak. Saya
bersyukur telah menyaksikan beberapa contoh yang kuat di ruang kelas Finlandia,
selain itu juga dengan melihat pelaksanaan program saya dan kota saya. Hal 117.
f.
Tuntutan Tanggung Jawab
Mengapa
Guru Finlandia mendapatkan tingkat kepersayaan sosial yang sedemikian tinggi.
Satu teori populer mengatakan bahwa status guru sangat dihargai di Finlandia.
Untuk menjadi seorang guru yang berkualitas, orang Finlandia harus memiliki
gelar yang setara dengan magister dibidang pendidikan. Tidak seperti Amerika,
Finlandia hanya sedikit universitas dengan program pengajaran, di mana tingkat
penerimaan secara umum rendah dan mahasiswa di bidang pendidikan diharuskan
menyelesaikan suatu tesis magister dengan ketentuan yang ketat. Teach for
America, sebuah organisasi yang terkenal karena merekrut lulusan perguruan
tinggi AS dengan pencapaian yang tinggi kemudian menempatkan mereka di
sekolah-sekolah perkotaan Amerika, yang mensyaratkan pelatihan selama 5 minggu
bagi para kandidat guru. Sebaliknya, program pendidikan sekolah dasar Finlandia
mensyaratkan lima tahun. Hal. 120.
BAB IV PENGUASAAN
Pada tanggal 04 Desember 2001, hasil
PISA pertama kali diluncurkan, dan diantara negara-negara anggota Organisasi
Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Finlandia berada di peringkat tertinggi
ketiga area akademik: membaca, matematika, dan IPA (Sahlberg, 2015). Strategi
pengelolaan untuk mengembangkan penguasaan, yang terinspirasi dari para
pendidik di Finlandia, yaitu ajarkan hal-hal yang mendasar, gunakan teknologi,
berikan pendampingan, buktikan pembelajaran dan diskusikan soal nilai.
a.
Ajarkan Hal-Hal Mendasar
Di
Finlandia, begitu saya mulai menyusun ulang alokasi waktu untuk membuat rencana
dengan cara menjajarkan rencana pembelajara saya dan unit lebih dekat dengan
kurikulum, saya menemukan bahwa dengan cara ini siswa saya menjadi lebih mudah
untuk mencapai penguasaan di dalam kelas. Mereka memerlukan saya untuk
memprioritaskan hal yang mendasar dalam kelas kita dan tidak terganggu oleh
aspek tambahan dalam mengajar, seperti mengundang atlet Olimpiade dan
meluncurkan blog siswa.
b.
Gunakan Buku Pegangan
Pendekatan
banyak guru Finlandia sangat bijaksana, materi pembelajaran komersil yang
solid, ketika digunakan dengan strategis, akan membantu anak-anak menguasi isi
pembelajaran.
c.
Manfaatkan Teknologi
Meskipun
relatif jarang menggunakan teknologi, sekolah Finlandia menggunakan untuk
hal-hal luar biasa. Jika kita ingin mengajarkan sebuah penguasaan, maka harus
letakkan teknologi ditempatnya yang tepat sebagai alat pembelajaran. Hal.144.
d.
Memasukan Musik
Di
sekolah Helsinki siswa kelas 5 memiliki jumlah pelajaran Matematika yang sama
dengan jumlah pelajaran musik, 3 jam setiap minggu. Tahun 2014 dengan
melibatkan ratusan anak dari keluarga berpendapatan rendah, para peneliti
menemukan bahwa pelajaran musik dapat membantu anak-anak tersebut memperbaiki
keterampilan membaca dan bahasa mereka.
Pelajaran
musik, para peneliti menyimpulkan tampaknya memperkuat bagaimana sistem syaraf
mengatasi kebisingan dalam suatu atmosfir yang ramai, seperti lapangan sekolah.
Karena perbaikan dalam fungsi otak ini, anak-anak dapat mengembangkan ingatan
yang lebih baik dan kemampuan yang lebih baik dan kemampuan yang lebih besar
untuk fokus dalam ruang kelas, yang akan membantu mereka berkomunikasi dengan
lebih baik (APA, 2014). Hal. 146.
e.
Menjadi Pelatih
Banyak
orang dewasa tahu dari pengalaman pertama bahwa cara terbaik untuk menguasai
sesuatu adalah latihan alam setting “dunia nyata”. Hal.149. Cara terbaik untuk
membuat pebaikan, adalah dengan menemukan titik lemah yang ada, dan persis
disinilah pelatihan diperlukan. Pelatih yang baik memancarkan cahaya yang mampu
menerangi area pembelajaran yang belum berkembang dan kemudian menawarkan dukungan
yang memadai bagi peserta didik melalui contoh dan masukan yang baik, pada
intinya.
f.
Buktikan Pembelajaran
Jika
guru ingin mempromosikan penguasaam dikelas, kita perlu melakukan apa yang
dikerjakan pendidik Finlandia ketika memodifikasi tes: membuat para siswa
membuktikan jawaban mereka lewat pertanyaan yang sulit dan terbuka. Strategi
untuk membuat para siswa untuk membuktikan pembelajaran mereka dapat diterapkan
bukan hanya ketika kita membuat penilaian sumatif saja namun juga dalam
pelajaran sehari-hari seperti dalam diskusi kelas, dalam kerja kelompok dan
dalam penilaian formatif. Hal.161.
g.
Mendiskusikan Nilai
Melalui
diskusi pribadi, kita dapat memberi siswa kita pemahaman yang lebih baik dan
peran ketika menentukan nilai mereka. Ini
merupakan strategi yang menolong mereka untuk mencerminkan pembelajaran
mereka dan pada akhirnya, mendukung mereka karena mereka berusahan mencapai
penguasaan dalam kelas mereka. Hal.165.
BAB V POLA PIKIR
Di Finlandia, banyak guru yang tampaknya mengadopsi
pendekatan abundance oriented. Mereka
terlihat tidak terpengaruh dengan bagaimana mereka bergantung kepada guru lain,
dan sikap itu mempengaruhi pekerjaan mereka dengan perasaan bahagia. Salah satu
tanda paling jelas dari penerapan pola pikir ini adalah jumlah kolaborasi yang
signifikan. Hal.169.
a.
Mencari Flow
Di
Finlandia, banyak guru yang tidak tertarik untuk menjadi superior. Alasan
sederhana, mereka sudah cukup gembira dengan kompeten dalam pekerjaan mereka,
dan pola pikir non kompetisi ini tampaknya membantu mereka untuk bekerja dengan
lebih baik secara bersama-sama, juga membantu mereka untuk mencapai flow
sehari-hari.
Menjadi
guru yang juga mencari flow, bukannya superioritas adalah sesuatu yang tidak
hanya baik untuk kita, tetapi juga baik bagi siswa. Siswa kita mengawasi kita
dan jika melihat bahwa kita berusaha bekerja sebaik mungkin, tanpa
membandingkan diri kita dnegan orang lain, maka contoh seperti ini akan memupuk
sebuah budaya non kompetisi dikelas. Hal.173.
b.
Berkulit Tebal
Di
Finlandia, banyak rekan kerja membuat terkesan tentang bagaimana mereka
menghadapi konflik dengan orang tua, teman guru dan bahkan siswa. Sebagai guru
ini bukan perkara jika kita menghadapi masalah ditempat kerja, ini lebih
merupakan kapan. Memiliki kulit yang tebal adalah sesuatu yang membantu
melindungi kebahagiaan mereka. Hal.175.
Secara
khusus, berkulit tebal berarti mengambil nafas dalam-dalam ketika Anda menerima
surel panjang “berduri” dari orang tua yang kecewa dan biarkan hal itu hingga
Anda merasa siap menghadapinya. Ini juga berarti untuk tidak patah semangat
ketika kepala sekolah Anda secara terbuka memuji salah satu rekan kerja Anda
dan tidak mengakui pekerjaan berat berupa serupa yang Anda kerjakan. Juga, ini
berarti untuk tidak memasukan ke dalam
hati ketika salah satu siswa Anda mengomel di muka Anda. Hal.176.
c.
Kolaborasi Lewat Kopi
Ada 2
pertanyaan yang diajukan dalam setiap wawancara “Apa yang membuat Anda bahagia
sebagai seorang guru, dan apa yang membuat murid Anda bahagia gembira ? Salah
satu jawaban populer dari guru Finlandia, berkenaan dengan apa yang membuat
gembira, adalah kolaborasi. Dalam buku Flip the System : Changing Education
from the Ground Up 2016 :
Di Finlandia, saya menemuka sebuah struktur
sekolah yang menyuburkan kolaborasi yang kaya di antara para guru. Dalam hampir
50% pelajaran saya, saya dipasangkan dengan 1 atau 2 rekan guru. Para guru di
sekolah saya tidak hanya berkolaborasi dalam hal pemahaman tradisional, dengan merencanakan
dan mengampu pelajaran bersama-sama, mereka sunggug bekerja bersama, saling
berbagi satu sama lain untuk melacak sumber yang mereka perlukan untuk
pelajaran berikutnya. Mereka mendiskusikan cara yang terbaik untuk mendukung
siswa yang membutuhkan bantuan. Mereka menganalisis kurikulum bersama-sama.
Mereka berbicara tentang bagaimana memperbaiki jam istirahat bagi anak-anak.
Mereka menilai ujian bersama. Mereka saling menawarkan bantuan yang berhubungan
dengan teknologi. Herannya kerja seperti ini sering terjadi ditengah-tengah
asiknya menyeruput kopi, dalam jeda 15 menit tersebut sehari-hari. (hlm.
176-177). Hal.179.
d.
Menyambut Para Ahli
Semakin
sering mengundang para ahli ke kelas, semakin melihat diri saya sebagai seorang
manajer yang dapat merancang pengalaman pembelajaran yang luar biasa untuk
kelas saya. Cara pikir yang baru ini mengangkat beban dari pundak saya, karena
saya tidak perlu menguasai semuanya.
e.
Melepaskan Diri untuk Berlibur
Dalam
buku Overwhelmed (2014), Brigid
Schulte menjelaskan sebuah studi yang menarik, dilakukan oleh Sekolah Bisnis
Harvard, yang tampaknya mendukung liburan yang cukup ini :
(Para peneliti) membandingkan 2
kelompok pekerja satu firma konsultasi Boston. Satu kelompok bekerja selama 50
jam atau lebih per minggu, tidak menggunakan seluruh waktu libur mereka, dan
secara konstan terhubung dengan kantor secara elektronik. Kelompok lain
bekerjaselam 40 jam, mengambil seluruh jatah libur, dan mengatur waktu libur
yang bisa dihubungi via telepon sehingga klien tetap dapat ditangani namun
masih dapat secara teratur, dapat diperkirakan, dan tanpa merasa bersalah
sepenuhnya tidak terhubung dengan kantor. Kelompok mana yang menghasilkan
pekerjaan yang lebih baik ? tentu saja, tidak mengagetkan, kelompok yang punya
waktu llibur, melaporkan tingkat kepuasan pekerjaan yang lebih tinggi dan hidup
kerja yang lebih seimbang. Hal.188.
f.
Jangan Lupa Bahagia
Alejandro
Adler, Ph.D, melakukan studi tentang psikologi positif di 18 sekolah melibatkan
lebih dari 8000 siswa tingkat menengah, dinegara Bhutan. Studi menunjukan bahwa
kesejahteraan siswa dan nilai tes standar secara signifikan didorong oleh
kurikulum kebahagiaan. “Kesejahteraan dan pencapaian akademik tampaknya tidak
tidak antagonis, seperti yang dikatakan beberapa orang” (Adler, 2015).
“Sebaliknya, meningkatnya kesejahteraan meningkatkan pencapaian akademik”.
Hal.189.
0 komentar:
Posting Komentar