Pages

Senin, 17 Desember 2018

Teach Like Finland


HAL-HAL YANG MENARIK DALAM BUKU TEACH LIKE FINLAND
1.    Pada tahun 2001, Finlandia mengejutkan dunia, negara kecil dengan penduduk 5,5 juta orang memenangkan sebuah studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization For Economic Coperation And Development) tentang kemampuan anak-anak berusia 15 tahun yang berhubungan dengan keterampilan membaca, matematika dan ilmiah yang telah mereka peroleh di dalam dan di luar sekolah atau yang dikenal dengan PISA (Programme For International Student Assesment) atau Program penilaian siswa internasional. (hal.xii)
2.    Kesuksesan sekolah-sekolah Finlandia menurut orang Finlandia karena 5 unsur, empat berkaitan langsung dengan sekolah dan amanat yang diembannya dan satu adalah tentang apa yang dilakukan oleh anak-anak ketika tidak di sekolah. (hal.xiv)
Ø  Pertama : Sekolah komprehensif tempat anak-anak mulai belajar di usia 7 tahun, menyediakan pendidikan dan pembelajaran yang seimbang, menyeluruh dan berorientasi pada anak serta meletakkan suatu fondasi pembelajaran yang baik dan pantas. (hal.xiv)
Ø  Kedua : Pendidikan komprehensif mengalami reformasi yang lebih tinggi, para guru harus lulus dari program magister berbasis penelitian yang sama seperti profesi lain di Finlandia. Para guru lulusan baru mempelajari psikologi anak, pedagogi, pendidikan khusus, mata pelajaran didaktik, dan kurikulum  yang lebih banyak daripada rekan-rekan mereka di perguruan tinggi sebagai bekal tanggung jawab profesi mereka yang lebih luas di sekolah. (hal.xv)
Ø  Ketiga : Pendidikan Finlandia memutuskan untuk mengembangkan mekanisme yang permanen demi mengamankan dan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan siswa di semua sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa kurangnya kesehatan dan kesejahteraan yang mendasar di rumah tidak menghalangi kesempatan anak didik untuk menjadi berhasil. (hal.xv)
Ø  Keempat : Kepemimpinan pendidikan di level tengah, contohnya sekolah dan distrik setempat, harus berada ditangan pendidik yang berpengalaman dan bekualitas. (hal.xvi)
Ø  Kelima : Selain belajar di intenal sekolah, para siswa juga belajar di luar sekolah. Ada sekitar 100.000 asosiasi non-pemerintah dengan sekitar 15 juta anggota di Finlandia, perkumpulan ini menunjukan bahwa orang Finlandia secara aktif ikut serta dalam berbagai macam di luar pekerjaan dan sekolah mereka. (hal.xvii)
3.      Menurut Raj Raghunathan, Profesor dari Sekolah McCombs, Universitas Texas di Austin dan Pengarang If You’re So  Smart, Why Aren’t You Happy (2016) mengajukan 4 bahan belajar mengajar yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan yaitu rasa memiliki, kemandirian, penguasaan dan pola pikir (Pinsker, 2016) dan Timothy menambahkan dari daftar ini yaitu kesejahteraan. (hal.xxiv)


BAB I KESEJAHTERAAN

“Kebahagiaan bukan hasil dari kesuksesan, namun kunci kesuksesan”, strategi yang ditelah dipelajari (pengarang) disekolah Finlandia mempromosikan pentingnya kesehatan fisik, emosi, dan mental guru & siswa, yang akhirnya memperbaiki kualitas belajar mengajar dan membuat kelas lebih menyenangkan.
a.      Jadwal Istirahat Otak
Anak-anak Finlandia terbiasa punya istirahat 5 menit setiap 45 menit pelajaran, selama jam istirahat tersebut anak-anak keluar untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. (hal.7). Kesimpulannya bahwa keuntungan mendasar dari istirahat Finlandia ini adalah cara untuk membuat anak-anak tetap fokus, yaitu dengan menyegarkan otak mereka.
b.      Belajar Sambil Bergerak
Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental (Walker, 2015).hal.14.
Pemerintah Finlandia berinisiatif untuk membuat anak-anak aktif dalam satu hari yang disebut Finnish School on the Move (sekolah Finlandia bergerak).hal.16.
c.       Recharge Sepulang Sekolah
Beban mengajar full selama seminggu di sekolah Helsinki hanya 24 jam, yang artinya jika istirahat 15 menit ikut dihitung, hanya 18 jam tatap muka setiap minggu. Hal.24. Telah berulang kali disampaikan bahwa di Finlandia tidak ada pekerjaan rumah, guru-guru tidak ingin membebani anak-anak dengan tambahan pekerjaan rumah, karena mereka memahami pentingnya waktu luang. Hal.30.
d.      Menyederhanakan Ruang
Dari sudut pandang seorang Finlandia, sangat tergantung pada bagaimana membuat ruang tinggal seseorang sesederhana mungkin. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang mengungkapkan bahwa anak-anak lebih mudah teralihkan perhatiannya oleh lingkungan visual, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan tugas dan menunjukan hasil belajar yang kurang maksimal saat dinding penuh dengan dekorasi daripada ketika dekorasi tersebut dihilangkan (Fisher. Goldwin & Sheltman, 2014, hlm. 1362). Hal.32.
e.      Menghirup Udara Segar
Merupakan strategi sederhana untuk kesejahteraan dan proses belajar yang lebih baik di dalam kelas. Sekolah-sekolah Finlandia memiliki alasan pentingnya menghirup udara segar. Ketika kita menghirup nafas, kita (menghembuskan) karbon dioksida, dan jika karbon dioksida menjadi sangat tinggi di dalam kelas, itu sungguh akan menghentikan pembelajaran, karena otak tidak dapat bekerja. Hal.39.
f.        Masuk ke Alam Liar
Penelitian menegaskan bahwa alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan diri mereka, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibatnya kurangnya mendapat perhatian, menenangkan anak, membantu mereka untuk fokus, mengurangi bullying, menjadi penangkal obesitas dan kelebihan berat badan pada anak serta memberi manfaat psikologis dan kesehatan fisik lainnya (Walker, 2016a). Hal.43)
g.      Menjaga Kedamaian
Suasana kelas di sekolah-sekolah Finlandia sangat damai luar biasa baik pada guru maupun murid terlihat sangat tenang dan tidak terburu-buru, salah satunya kebijakan yang diberlakukan yaitu bekerja tanpa menggunakan alas kaki (sebuah tradisi di rumah dan sekolah Finlandia). Hal.46. Kedamaian dan ketenangan tanpa tekanan di sekolah-sekolah Finlandia ini merupakan alasan utama mengapa siswa Finlandia dapat belajar secara efisien dan menunjukkan hasil yang sangat baik saat ujian internasional seperti PISA. Hal.47.
Berdasarkan artikel “How Noise Pollution Impairs Learning” (Olga Khazan, 2016), staf penulis Atlantic melakukan penelitian yang melibatkan 106 balita:
“Pertama, 1 kelompok anak berusia 2 tahun diajari 2 kata yang tidak umum...dengan tingkat kebisingan antara 5-10 dB lebih rendah daripada suara guru kelas. Anak-anak berhasil mempelajari kata-kata baru tersebut jika kebisingan di dalam kelas relatif rendah, namun tidak sebaliknya”. Hal.48.














BAB II RASA DIMILIKI

a.      Merekrut Tim Kesejahteraan
Jika kita memiliki hubungan kurang ideal rekan kerja, teman bahkan keluarga konsekuensinya kita akan merasa terisolasi dalam kehidupan kita, tetapi guru-guru sekolah di Finlandia memiliki hubungan yang kuat dengan rekan kerja yang lain, sehingga akan mudah melaksanakan 6 strategi untuk menguatkan rasa dimiliki didalam kelas yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan mereka, merayakan keberhasilan mereka, mengejar impian kelas, menghapus perisakan (bullying) dan berkawan.
b.      Mengenal Setiap Anak
Sebelum anak-anak naik ke kelas 5, mereka didampingi guru kelas yang sama selaam 4 tahun, dari kelas 1 sampai kelas 5. Sehingga akan terbentuk ikatan guru dan murid yang sangat kuat. Hal.59. Bebarapa cara yang bisa dilakukan seperti tegak berdiri didepan pintu dan menyapa mereka satu persatu saat memasuki kelas, makan siang bersama ana-anak dan kunjungan rumah siswa.
c.       Bermain dengan Murid-Murid
Pada saat hari pertama sekolah guru-guru di Amerika menyusun rencana pembelajaran yang rinci. Tetapi sangat berbanding terbalik di Finlandia, saat minggu pertama sekolah tiba, guru-guru Finlandia tidak mempersiapkan kelas mereka selama musim panas. Pendidik Finlandia menyadari bahwa struktur kelas, yang biasanya dimulai dengan membuat peraturan, menentukan rutinitas, prosedur memang perlu. Namun, mereka menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran yang menyapa, tidak terlalu banyak tekanan, terlebih dahulu.
d.      Merayakan Pembelajaran Mereka
Yang membedakan sekolah negeri Finlandia dengan negara lainnya seperti Amerika, ada mata pelajaran yang jarang bahkan tidak bisa dijumpai ditempat lain yaitu kelas memasak, tekstil dan pertukangan. Selain belajar memasak, siswa juga bisa menikmati hasil karya mereka dan merayakan apa yang telah mereka pelajari. Praktik yang sederhana ini dapat mendorong pencapaian dan kemandirian siswa dikelas, tetapi juga membentuk rasa dimiliki guru dan murid, mengejar suatu tantangan bersama dan merayakan hasil kerja mereka bersama. Siswa yang mengikuti kelas memasak dengan serius, sehingga berkembang menjadi juru masak yang kompeten karena mereka termotivasi dari dalam. Hal.71.
e.      Mengejar Mimpi Kelas
Setiap penghujung tahun ajaran, sekolah dasar Finlandia mengadakan perayaan belajar yang besar, kegiatannya yaitu kemah sekolah, walaupun membutuhkan uang yang besar namun kemah sekolah ini mampu membuat anak-anak saat kembali ke sekola, terlihat perubahan positif menjadi dalam diri meraka, anak-anak seperti sebuah tim daripada kelompok yang beranggota 24 orang. Dalam sebuah kelas harus memiliki banyak mimpi, mimpi kelas harus terbangun atas dasar sepengetahuan siswa dan kesepakan bersama. Hal.77.
f.        Menghapus Perisakan (Bullying)
Sebagai pemimpin kelas ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memutus perisakan, strategi yang bisa diterapkan yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan siswa, merayakan hasil belajar siswa, mengejar mimpi kelas. Strategi tersebut bisa menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki didalam kelas. Menurut laporan U.S. National of Academic of Science, Engineering and Medicine 18%-31% anak-anak dan remaja Amerika mengalami perisakan di sekolah. Hal.81.


BAB III KEMANDIRIAN

Sekolah dasar finlandia menerapkan sistem Kemandirian bagi muridnya, karena murid-murid sudah diajarkan sejak kelas 1, pada saat pulang sekolah mereka terbiasa pulang sendiri tanpa harus ada protokol yang mengantar mereka ke gerbang sekolah. Hal 89.
a.      Mulai dengan Kebebasan
Murid-murid sekolah Finlandia memiliki ruang yang bebas dalam menyalurkan ide mereka tanpa ada pembinaan secara ketat dari guru. Pada Kemah Sekolah mereka telah menunjukan apa yang telah dicapai secara individual dan kelompok, ketika diberi kemandirian yang besar.
b.      Meninggalkan Batas
Strategi ini diterapkan oleh Walker dalam model pelatihan penulisan yang memberikan banyak kesempatan bagi para murid untuk bekerja secara mandiri, dengan demikian banyak batas yang dapat dimasukkan guru untuk membangun peluang tanpa perlu melembagakan model pelatihan ini. Apa yang esensial adalah bahwa para murid memiliki banyak waktu untuk melakukan kerja mandir yang bermakna, yang mmebuat guru memiliki waktu yang luas ketika menawarkan masukan yang berarti.
c.       Menawarkan Pilihan
Dengan memberikan siswa kita kegiatan berbasis kurikulum yang menarik (sebagaimana yang disarankan oleh para pendidik anak usia dini Finlandia) atau tugas terbuka dengan beberapa pilihan didalamnya (seperti proyek sejarah Finlandia) ini menjadi suatu langkah yang baik untuk mendorong kemandirian siswa didalam kelas. Hal. 106.


d.      Buat Rencana Bersama Siswa Anda
Istilah perencanaan bersama berbagi tanggung jawab untuk menentukan arah pembelajaran terdengar masuk akal. Hal ini memungkinkan guru dan murid untuk bekerjasama membuat produk sekolah yang luar biasa. Hal.108.
e.      Buat Jadi Nyata
“Saya dulu berpikir bahwa cukup berkata kepada murid saya alasan dibalik suatu pembelajaran (konsep matematika, contohny). Namun perkataan saya tampaknya jarang memuaskan kebutuhan mereka untuk memahami relevansi dari pekerjaan mereka. Karena ini begitu sering terjadi, saya memerlukan contoh yang baik sehingga saya dapat membuar pembelajaran menjadi lebih nyata untuk anak-anak. Saya bersyukur telah menyaksikan beberapa contoh yang kuat di ruang kelas Finlandia, selain itu juga dengan melihat pelaksanaan program saya dan kota saya. Hal 117.
f.        Tuntutan Tanggung Jawab
Mengapa Guru Finlandia mendapatkan tingkat kepersayaan sosial yang sedemikian tinggi. Satu teori populer mengatakan bahwa status guru sangat dihargai di Finlandia. Untuk menjadi seorang guru yang berkualitas, orang Finlandia harus memiliki gelar yang setara dengan magister dibidang pendidikan. Tidak seperti Amerika, Finlandia hanya sedikit universitas dengan program pengajaran, di mana tingkat penerimaan secara umum rendah dan mahasiswa di bidang pendidikan diharuskan menyelesaikan suatu tesis magister dengan ketentuan yang ketat. Teach for America, sebuah organisasi yang terkenal karena merekrut lulusan perguruan tinggi AS dengan pencapaian yang tinggi kemudian menempatkan mereka di sekolah-sekolah perkotaan Amerika, yang mensyaratkan pelatihan selama 5 minggu bagi para kandidat guru. Sebaliknya, program pendidikan sekolah dasar Finlandia mensyaratkan lima tahun. Hal. 120.











BAB IV PENGUASAAN

Pada tanggal 04 Desember 2001, hasil PISA pertama kali diluncurkan, dan diantara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Finlandia berada di peringkat tertinggi ketiga area akademik: membaca, matematika, dan IPA (Sahlberg, 2015). Strategi pengelolaan untuk mengembangkan penguasaan, yang terinspirasi dari para pendidik di Finlandia, yaitu ajarkan hal-hal yang mendasar, gunakan teknologi, berikan pendampingan, buktikan pembelajaran dan diskusikan soal nilai.
a.      Ajarkan Hal-Hal Mendasar
Di Finlandia, begitu saya mulai menyusun ulang alokasi waktu untuk membuat rencana dengan cara menjajarkan rencana pembelajara saya dan unit lebih dekat dengan kurikulum, saya menemukan bahwa dengan cara ini siswa saya menjadi lebih mudah untuk mencapai penguasaan di dalam kelas. Mereka memerlukan saya untuk memprioritaskan hal yang mendasar dalam kelas kita dan tidak terganggu oleh aspek tambahan dalam mengajar, seperti mengundang atlet Olimpiade dan meluncurkan blog siswa.
b.      Gunakan Buku Pegangan
Pendekatan banyak guru Finlandia sangat bijaksana, materi pembelajaran komersil yang solid, ketika digunakan dengan strategis, akan membantu anak-anak menguasi isi pembelajaran.
c.       Manfaatkan Teknologi
Meskipun relatif jarang menggunakan teknologi, sekolah Finlandia menggunakan untuk hal-hal luar biasa. Jika kita ingin mengajarkan sebuah penguasaan, maka harus letakkan teknologi ditempatnya yang tepat sebagai alat pembelajaran. Hal.144.
d.      Memasukan Musik
Di sekolah Helsinki siswa kelas 5 memiliki jumlah pelajaran Matematika yang sama dengan jumlah pelajaran musik, 3 jam setiap minggu. Tahun 2014 dengan melibatkan ratusan anak dari keluarga berpendapatan rendah, para peneliti menemukan bahwa pelajaran musik dapat membantu anak-anak tersebut memperbaiki keterampilan membaca dan bahasa mereka.
Pelajaran musik, para peneliti menyimpulkan tampaknya memperkuat bagaimana sistem syaraf mengatasi kebisingan dalam suatu atmosfir yang ramai, seperti lapangan sekolah. Karena perbaikan dalam fungsi otak ini, anak-anak dapat mengembangkan ingatan yang lebih baik dan kemampuan yang lebih baik dan kemampuan yang lebih besar untuk fokus dalam ruang kelas, yang akan membantu mereka berkomunikasi dengan lebih baik (APA, 2014). Hal. 146.
e.      Menjadi Pelatih
Banyak orang dewasa tahu dari pengalaman pertama bahwa cara terbaik untuk menguasai sesuatu adalah latihan alam setting “dunia nyata”. Hal.149. Cara terbaik untuk membuat pebaikan, adalah dengan menemukan titik lemah yang ada, dan persis disinilah pelatihan diperlukan. Pelatih yang baik memancarkan cahaya yang mampu menerangi area pembelajaran yang belum berkembang dan kemudian menawarkan dukungan yang memadai bagi peserta didik melalui contoh dan masukan yang baik, pada intinya.
f.        Buktikan Pembelajaran
Jika guru ingin mempromosikan penguasaam dikelas, kita perlu melakukan apa yang dikerjakan pendidik Finlandia ketika memodifikasi tes: membuat para siswa membuktikan jawaban mereka lewat pertanyaan yang sulit dan terbuka. Strategi untuk membuat para siswa untuk membuktikan pembelajaran mereka dapat diterapkan bukan hanya ketika kita membuat penilaian sumatif saja namun juga dalam pelajaran sehari-hari seperti dalam diskusi kelas, dalam kerja kelompok dan dalam penilaian formatif. Hal.161.
g.      Mendiskusikan Nilai
Melalui diskusi pribadi, kita dapat memberi siswa kita pemahaman yang lebih baik dan peran ketika menentukan nilai mereka. Ini  merupakan strategi yang menolong mereka untuk mencerminkan pembelajaran mereka dan pada akhirnya, mendukung mereka karena mereka berusahan mencapai penguasaan dalam kelas mereka. Hal.165.

















BAB V POLA PIKIR

Di Finlandia, banyak guru yang tampaknya mengadopsi pendekatan abundance oriented. Mereka terlihat tidak terpengaruh dengan bagaimana mereka bergantung kepada guru lain, dan sikap itu mempengaruhi pekerjaan mereka dengan perasaan bahagia. Salah satu tanda paling jelas dari penerapan pola pikir ini adalah jumlah kolaborasi yang signifikan. Hal.169.
a.      Mencari Flow
Di Finlandia, banyak guru yang tidak tertarik untuk menjadi superior. Alasan sederhana, mereka sudah cukup gembira dengan kompeten dalam pekerjaan mereka, dan pola pikir non kompetisi ini tampaknya membantu mereka untuk bekerja dengan lebih baik secara bersama-sama, juga membantu mereka untuk mencapai flow sehari-hari.
Menjadi guru yang juga mencari flow, bukannya superioritas adalah sesuatu yang tidak hanya baik untuk kita, tetapi juga baik bagi siswa. Siswa kita mengawasi kita dan jika melihat bahwa kita berusaha bekerja sebaik mungkin, tanpa membandingkan diri kita dnegan orang lain, maka contoh seperti ini akan memupuk sebuah budaya non kompetisi dikelas. Hal.173.
b.      Berkulit Tebal
Di Finlandia, banyak rekan kerja membuat terkesan tentang bagaimana mereka menghadapi konflik dengan orang tua, teman guru dan bahkan siswa. Sebagai guru ini bukan perkara jika kita menghadapi masalah ditempat kerja, ini lebih merupakan kapan. Memiliki kulit yang tebal adalah sesuatu yang membantu melindungi  kebahagiaan mereka. Hal.175.
Secara khusus, berkulit tebal berarti mengambil nafas dalam-dalam ketika Anda menerima surel panjang “berduri” dari orang tua yang kecewa dan biarkan hal itu hingga Anda merasa siap menghadapinya. Ini juga berarti untuk tidak patah semangat ketika kepala sekolah Anda secara terbuka memuji salah satu rekan kerja Anda dan tidak mengakui pekerjaan berat berupa serupa yang Anda kerjakan. Juga, ini berarti untuk tidak  memasukan ke dalam hati ketika salah satu siswa Anda mengomel di muka Anda. Hal.176.
c.       Kolaborasi Lewat Kopi
Ada 2 pertanyaan yang diajukan dalam setiap wawancara “Apa yang membuat Anda bahagia sebagai seorang guru, dan apa yang membuat murid Anda bahagia gembira ? Salah satu jawaban populer dari guru Finlandia, berkenaan dengan apa yang membuat gembira, adalah kolaborasi. Dalam buku Flip the System : Changing Education from the Ground Up 2016 :
Di Finlandia, saya menemuka sebuah struktur sekolah yang menyuburkan kolaborasi yang kaya di antara para guru. Dalam hampir 50% pelajaran saya, saya dipasangkan dengan 1 atau 2 rekan guru. Para guru di sekolah saya tidak hanya berkolaborasi dalam hal pemahaman tradisional, dengan merencanakan dan mengampu pelajaran bersama-sama, mereka sunggug bekerja bersama, saling berbagi satu sama lain untuk melacak sumber yang mereka perlukan untuk pelajaran berikutnya. Mereka mendiskusikan cara yang terbaik untuk mendukung siswa yang membutuhkan bantuan. Mereka menganalisis kurikulum bersama-sama. Mereka berbicara tentang bagaimana memperbaiki jam istirahat bagi anak-anak. Mereka menilai ujian bersama. Mereka saling menawarkan bantuan yang berhubungan dengan teknologi. Herannya kerja seperti ini sering terjadi ditengah-tengah asiknya menyeruput kopi, dalam jeda 15 menit tersebut sehari-hari. (hlm. 176-177). Hal.179.
d.      Menyambut Para Ahli
Semakin sering mengundang para ahli ke kelas, semakin melihat diri saya sebagai seorang manajer yang dapat merancang pengalaman pembelajaran yang luar biasa untuk kelas saya. Cara pikir yang baru ini mengangkat beban dari pundak saya, karena saya tidak perlu menguasai semuanya.
e.      Melepaskan Diri untuk Berlibur
Dalam buku Overwhelmed (2014), Brigid Schulte menjelaskan sebuah studi yang menarik, dilakukan oleh Sekolah Bisnis Harvard, yang tampaknya mendukung liburan yang cukup ini :
(Para peneliti) membandingkan 2 kelompok pekerja satu firma konsultasi Boston. Satu kelompok bekerja selama 50 jam atau lebih per minggu, tidak menggunakan seluruh waktu libur mereka, dan secara konstan terhubung dengan kantor secara elektronik. Kelompok lain bekerjaselam 40 jam, mengambil seluruh jatah libur, dan mengatur waktu libur yang bisa dihubungi via telepon sehingga klien tetap dapat ditangani namun masih dapat secara teratur, dapat diperkirakan, dan tanpa merasa bersalah sepenuhnya tidak terhubung dengan kantor. Kelompok mana yang menghasilkan pekerjaan yang lebih baik ? tentu saja, tidak mengagetkan, kelompok yang punya waktu llibur, melaporkan tingkat kepuasan pekerjaan yang lebih tinggi dan hidup kerja yang lebih seimbang. Hal.188.
f.        Jangan Lupa Bahagia
Alejandro Adler, Ph.D, melakukan studi tentang psikologi positif di 18 sekolah melibatkan lebih dari 8000 siswa tingkat menengah, dinegara Bhutan. Studi menunjukan bahwa kesejahteraan siswa dan nilai tes standar secara signifikan didorong oleh kurikulum kebahagiaan. “Kesejahteraan dan pencapaian akademik tampaknya tidak tidak antagonis, seperti yang dikatakan beberapa orang” (Adler, 2015). “Sebaliknya, meningkatnya kesejahteraan meningkatkan pencapaian akademik”. Hal.189.

0 komentar:

Posting Komentar