Pages

Senin, 17 Desember 2018

Teach Like Finland


HAL-HAL YANG MENARIK DALAM BUKU TEACH LIKE FINLAND
1.    Pada tahun 2001, Finlandia mengejutkan dunia, negara kecil dengan penduduk 5,5 juta orang memenangkan sebuah studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization For Economic Coperation And Development) tentang kemampuan anak-anak berusia 15 tahun yang berhubungan dengan keterampilan membaca, matematika dan ilmiah yang telah mereka peroleh di dalam dan di luar sekolah atau yang dikenal dengan PISA (Programme For International Student Assesment) atau Program penilaian siswa internasional. (hal.xii)
2.    Kesuksesan sekolah-sekolah Finlandia menurut orang Finlandia karena 5 unsur, empat berkaitan langsung dengan sekolah dan amanat yang diembannya dan satu adalah tentang apa yang dilakukan oleh anak-anak ketika tidak di sekolah. (hal.xiv)
Ø  Pertama : Sekolah komprehensif tempat anak-anak mulai belajar di usia 7 tahun, menyediakan pendidikan dan pembelajaran yang seimbang, menyeluruh dan berorientasi pada anak serta meletakkan suatu fondasi pembelajaran yang baik dan pantas. (hal.xiv)
Ø  Kedua : Pendidikan komprehensif mengalami reformasi yang lebih tinggi, para guru harus lulus dari program magister berbasis penelitian yang sama seperti profesi lain di Finlandia. Para guru lulusan baru mempelajari psikologi anak, pedagogi, pendidikan khusus, mata pelajaran didaktik, dan kurikulum  yang lebih banyak daripada rekan-rekan mereka di perguruan tinggi sebagai bekal tanggung jawab profesi mereka yang lebih luas di sekolah. (hal.xv)
Ø  Ketiga : Pendidikan Finlandia memutuskan untuk mengembangkan mekanisme yang permanen demi mengamankan dan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan siswa di semua sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa kurangnya kesehatan dan kesejahteraan yang mendasar di rumah tidak menghalangi kesempatan anak didik untuk menjadi berhasil. (hal.xv)
Ø  Keempat : Kepemimpinan pendidikan di level tengah, contohnya sekolah dan distrik setempat, harus berada ditangan pendidik yang berpengalaman dan bekualitas. (hal.xvi)
Ø  Kelima : Selain belajar di intenal sekolah, para siswa juga belajar di luar sekolah. Ada sekitar 100.000 asosiasi non-pemerintah dengan sekitar 15 juta anggota di Finlandia, perkumpulan ini menunjukan bahwa orang Finlandia secara aktif ikut serta dalam berbagai macam di luar pekerjaan dan sekolah mereka. (hal.xvii)
3.      Menurut Raj Raghunathan, Profesor dari Sekolah McCombs, Universitas Texas di Austin dan Pengarang If You’re So  Smart, Why Aren’t You Happy (2016) mengajukan 4 bahan belajar mengajar yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan yaitu rasa memiliki, kemandirian, penguasaan dan pola pikir (Pinsker, 2016) dan Timothy menambahkan dari daftar ini yaitu kesejahteraan. (hal.xxiv)


BAB I KESEJAHTERAAN

“Kebahagiaan bukan hasil dari kesuksesan, namun kunci kesuksesan”, strategi yang ditelah dipelajari (pengarang) disekolah Finlandia mempromosikan pentingnya kesehatan fisik, emosi, dan mental guru & siswa, yang akhirnya memperbaiki kualitas belajar mengajar dan membuat kelas lebih menyenangkan.
a.      Jadwal Istirahat Otak
Anak-anak Finlandia terbiasa punya istirahat 5 menit setiap 45 menit pelajaran, selama jam istirahat tersebut anak-anak keluar untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. (hal.7). Kesimpulannya bahwa keuntungan mendasar dari istirahat Finlandia ini adalah cara untuk membuat anak-anak tetap fokus, yaitu dengan menyegarkan otak mereka.
b.      Belajar Sambil Bergerak
Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental (Walker, 2015).hal.14.
Pemerintah Finlandia berinisiatif untuk membuat anak-anak aktif dalam satu hari yang disebut Finnish School on the Move (sekolah Finlandia bergerak).hal.16.
c.       Recharge Sepulang Sekolah
Beban mengajar full selama seminggu di sekolah Helsinki hanya 24 jam, yang artinya jika istirahat 15 menit ikut dihitung, hanya 18 jam tatap muka setiap minggu. Hal.24. Telah berulang kali disampaikan bahwa di Finlandia tidak ada pekerjaan rumah, guru-guru tidak ingin membebani anak-anak dengan tambahan pekerjaan rumah, karena mereka memahami pentingnya waktu luang. Hal.30.
d.      Menyederhanakan Ruang
Dari sudut pandang seorang Finlandia, sangat tergantung pada bagaimana membuat ruang tinggal seseorang sesederhana mungkin. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang mengungkapkan bahwa anak-anak lebih mudah teralihkan perhatiannya oleh lingkungan visual, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan tugas dan menunjukan hasil belajar yang kurang maksimal saat dinding penuh dengan dekorasi daripada ketika dekorasi tersebut dihilangkan (Fisher. Goldwin & Sheltman, 2014, hlm. 1362). Hal.32.
e.      Menghirup Udara Segar
Merupakan strategi sederhana untuk kesejahteraan dan proses belajar yang lebih baik di dalam kelas. Sekolah-sekolah Finlandia memiliki alasan pentingnya menghirup udara segar. Ketika kita menghirup nafas, kita (menghembuskan) karbon dioksida, dan jika karbon dioksida menjadi sangat tinggi di dalam kelas, itu sungguh akan menghentikan pembelajaran, karena otak tidak dapat bekerja. Hal.39.
f.        Masuk ke Alam Liar
Penelitian menegaskan bahwa alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan diri mereka, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibatnya kurangnya mendapat perhatian, menenangkan anak, membantu mereka untuk fokus, mengurangi bullying, menjadi penangkal obesitas dan kelebihan berat badan pada anak serta memberi manfaat psikologis dan kesehatan fisik lainnya (Walker, 2016a). Hal.43)
g.      Menjaga Kedamaian
Suasana kelas di sekolah-sekolah Finlandia sangat damai luar biasa baik pada guru maupun murid terlihat sangat tenang dan tidak terburu-buru, salah satunya kebijakan yang diberlakukan yaitu bekerja tanpa menggunakan alas kaki (sebuah tradisi di rumah dan sekolah Finlandia). Hal.46. Kedamaian dan ketenangan tanpa tekanan di sekolah-sekolah Finlandia ini merupakan alasan utama mengapa siswa Finlandia dapat belajar secara efisien dan menunjukkan hasil yang sangat baik saat ujian internasional seperti PISA. Hal.47.
Berdasarkan artikel “How Noise Pollution Impairs Learning” (Olga Khazan, 2016), staf penulis Atlantic melakukan penelitian yang melibatkan 106 balita:
“Pertama, 1 kelompok anak berusia 2 tahun diajari 2 kata yang tidak umum...dengan tingkat kebisingan antara 5-10 dB lebih rendah daripada suara guru kelas. Anak-anak berhasil mempelajari kata-kata baru tersebut jika kebisingan di dalam kelas relatif rendah, namun tidak sebaliknya”. Hal.48.














BAB II RASA DIMILIKI

a.      Merekrut Tim Kesejahteraan
Jika kita memiliki hubungan kurang ideal rekan kerja, teman bahkan keluarga konsekuensinya kita akan merasa terisolasi dalam kehidupan kita, tetapi guru-guru sekolah di Finlandia memiliki hubungan yang kuat dengan rekan kerja yang lain, sehingga akan mudah melaksanakan 6 strategi untuk menguatkan rasa dimiliki didalam kelas yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan mereka, merayakan keberhasilan mereka, mengejar impian kelas, menghapus perisakan (bullying) dan berkawan.
b.      Mengenal Setiap Anak
Sebelum anak-anak naik ke kelas 5, mereka didampingi guru kelas yang sama selaam 4 tahun, dari kelas 1 sampai kelas 5. Sehingga akan terbentuk ikatan guru dan murid yang sangat kuat. Hal.59. Bebarapa cara yang bisa dilakukan seperti tegak berdiri didepan pintu dan menyapa mereka satu persatu saat memasuki kelas, makan siang bersama ana-anak dan kunjungan rumah siswa.
c.       Bermain dengan Murid-Murid
Pada saat hari pertama sekolah guru-guru di Amerika menyusun rencana pembelajaran yang rinci. Tetapi sangat berbanding terbalik di Finlandia, saat minggu pertama sekolah tiba, guru-guru Finlandia tidak mempersiapkan kelas mereka selama musim panas. Pendidik Finlandia menyadari bahwa struktur kelas, yang biasanya dimulai dengan membuat peraturan, menentukan rutinitas, prosedur memang perlu. Namun, mereka menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran yang menyapa, tidak terlalu banyak tekanan, terlebih dahulu.
d.      Merayakan Pembelajaran Mereka
Yang membedakan sekolah negeri Finlandia dengan negara lainnya seperti Amerika, ada mata pelajaran yang jarang bahkan tidak bisa dijumpai ditempat lain yaitu kelas memasak, tekstil dan pertukangan. Selain belajar memasak, siswa juga bisa menikmati hasil karya mereka dan merayakan apa yang telah mereka pelajari. Praktik yang sederhana ini dapat mendorong pencapaian dan kemandirian siswa dikelas, tetapi juga membentuk rasa dimiliki guru dan murid, mengejar suatu tantangan bersama dan merayakan hasil kerja mereka bersama. Siswa yang mengikuti kelas memasak dengan serius, sehingga berkembang menjadi juru masak yang kompeten karena mereka termotivasi dari dalam. Hal.71.
e.      Mengejar Mimpi Kelas
Setiap penghujung tahun ajaran, sekolah dasar Finlandia mengadakan perayaan belajar yang besar, kegiatannya yaitu kemah sekolah, walaupun membutuhkan uang yang besar namun kemah sekolah ini mampu membuat anak-anak saat kembali ke sekola, terlihat perubahan positif menjadi dalam diri meraka, anak-anak seperti sebuah tim daripada kelompok yang beranggota 24 orang. Dalam sebuah kelas harus memiliki banyak mimpi, mimpi kelas harus terbangun atas dasar sepengetahuan siswa dan kesepakan bersama. Hal.77.
f.        Menghapus Perisakan (Bullying)
Sebagai pemimpin kelas ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memutus perisakan, strategi yang bisa diterapkan yaitu mengenal setiap anak, bermain dengan siswa, merayakan hasil belajar siswa, mengejar mimpi kelas. Strategi tersebut bisa menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki didalam kelas. Menurut laporan U.S. National of Academic of Science, Engineering and Medicine 18%-31% anak-anak dan remaja Amerika mengalami perisakan di sekolah. Hal.81.


BAB III KEMANDIRIAN

Sekolah dasar finlandia menerapkan sistem Kemandirian bagi muridnya, karena murid-murid sudah diajarkan sejak kelas 1, pada saat pulang sekolah mereka terbiasa pulang sendiri tanpa harus ada protokol yang mengantar mereka ke gerbang sekolah. Hal 89.
a.      Mulai dengan Kebebasan
Murid-murid sekolah Finlandia memiliki ruang yang bebas dalam menyalurkan ide mereka tanpa ada pembinaan secara ketat dari guru. Pada Kemah Sekolah mereka telah menunjukan apa yang telah dicapai secara individual dan kelompok, ketika diberi kemandirian yang besar.
b.      Meninggalkan Batas
Strategi ini diterapkan oleh Walker dalam model pelatihan penulisan yang memberikan banyak kesempatan bagi para murid untuk bekerja secara mandiri, dengan demikian banyak batas yang dapat dimasukkan guru untuk membangun peluang tanpa perlu melembagakan model pelatihan ini. Apa yang esensial adalah bahwa para murid memiliki banyak waktu untuk melakukan kerja mandir yang bermakna, yang mmebuat guru memiliki waktu yang luas ketika menawarkan masukan yang berarti.
c.       Menawarkan Pilihan
Dengan memberikan siswa kita kegiatan berbasis kurikulum yang menarik (sebagaimana yang disarankan oleh para pendidik anak usia dini Finlandia) atau tugas terbuka dengan beberapa pilihan didalamnya (seperti proyek sejarah Finlandia) ini menjadi suatu langkah yang baik untuk mendorong kemandirian siswa didalam kelas. Hal. 106.


d.      Buat Rencana Bersama Siswa Anda
Istilah perencanaan bersama berbagi tanggung jawab untuk menentukan arah pembelajaran terdengar masuk akal. Hal ini memungkinkan guru dan murid untuk bekerjasama membuat produk sekolah yang luar biasa. Hal.108.
e.      Buat Jadi Nyata
“Saya dulu berpikir bahwa cukup berkata kepada murid saya alasan dibalik suatu pembelajaran (konsep matematika, contohny). Namun perkataan saya tampaknya jarang memuaskan kebutuhan mereka untuk memahami relevansi dari pekerjaan mereka. Karena ini begitu sering terjadi, saya memerlukan contoh yang baik sehingga saya dapat membuar pembelajaran menjadi lebih nyata untuk anak-anak. Saya bersyukur telah menyaksikan beberapa contoh yang kuat di ruang kelas Finlandia, selain itu juga dengan melihat pelaksanaan program saya dan kota saya. Hal 117.
f.        Tuntutan Tanggung Jawab
Mengapa Guru Finlandia mendapatkan tingkat kepersayaan sosial yang sedemikian tinggi. Satu teori populer mengatakan bahwa status guru sangat dihargai di Finlandia. Untuk menjadi seorang guru yang berkualitas, orang Finlandia harus memiliki gelar yang setara dengan magister dibidang pendidikan. Tidak seperti Amerika, Finlandia hanya sedikit universitas dengan program pengajaran, di mana tingkat penerimaan secara umum rendah dan mahasiswa di bidang pendidikan diharuskan menyelesaikan suatu tesis magister dengan ketentuan yang ketat. Teach for America, sebuah organisasi yang terkenal karena merekrut lulusan perguruan tinggi AS dengan pencapaian yang tinggi kemudian menempatkan mereka di sekolah-sekolah perkotaan Amerika, yang mensyaratkan pelatihan selama 5 minggu bagi para kandidat guru. Sebaliknya, program pendidikan sekolah dasar Finlandia mensyaratkan lima tahun. Hal. 120.











BAB IV PENGUASAAN

Pada tanggal 04 Desember 2001, hasil PISA pertama kali diluncurkan, dan diantara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Finlandia berada di peringkat tertinggi ketiga area akademik: membaca, matematika, dan IPA (Sahlberg, 2015). Strategi pengelolaan untuk mengembangkan penguasaan, yang terinspirasi dari para pendidik di Finlandia, yaitu ajarkan hal-hal yang mendasar, gunakan teknologi, berikan pendampingan, buktikan pembelajaran dan diskusikan soal nilai.
a.      Ajarkan Hal-Hal Mendasar
Di Finlandia, begitu saya mulai menyusun ulang alokasi waktu untuk membuat rencana dengan cara menjajarkan rencana pembelajara saya dan unit lebih dekat dengan kurikulum, saya menemukan bahwa dengan cara ini siswa saya menjadi lebih mudah untuk mencapai penguasaan di dalam kelas. Mereka memerlukan saya untuk memprioritaskan hal yang mendasar dalam kelas kita dan tidak terganggu oleh aspek tambahan dalam mengajar, seperti mengundang atlet Olimpiade dan meluncurkan blog siswa.
b.      Gunakan Buku Pegangan
Pendekatan banyak guru Finlandia sangat bijaksana, materi pembelajaran komersil yang solid, ketika digunakan dengan strategis, akan membantu anak-anak menguasi isi pembelajaran.
c.       Manfaatkan Teknologi
Meskipun relatif jarang menggunakan teknologi, sekolah Finlandia menggunakan untuk hal-hal luar biasa. Jika kita ingin mengajarkan sebuah penguasaan, maka harus letakkan teknologi ditempatnya yang tepat sebagai alat pembelajaran. Hal.144.
d.      Memasukan Musik
Di sekolah Helsinki siswa kelas 5 memiliki jumlah pelajaran Matematika yang sama dengan jumlah pelajaran musik, 3 jam setiap minggu. Tahun 2014 dengan melibatkan ratusan anak dari keluarga berpendapatan rendah, para peneliti menemukan bahwa pelajaran musik dapat membantu anak-anak tersebut memperbaiki keterampilan membaca dan bahasa mereka.
Pelajaran musik, para peneliti menyimpulkan tampaknya memperkuat bagaimana sistem syaraf mengatasi kebisingan dalam suatu atmosfir yang ramai, seperti lapangan sekolah. Karena perbaikan dalam fungsi otak ini, anak-anak dapat mengembangkan ingatan yang lebih baik dan kemampuan yang lebih baik dan kemampuan yang lebih besar untuk fokus dalam ruang kelas, yang akan membantu mereka berkomunikasi dengan lebih baik (APA, 2014). Hal. 146.
e.      Menjadi Pelatih
Banyak orang dewasa tahu dari pengalaman pertama bahwa cara terbaik untuk menguasai sesuatu adalah latihan alam setting “dunia nyata”. Hal.149. Cara terbaik untuk membuat pebaikan, adalah dengan menemukan titik lemah yang ada, dan persis disinilah pelatihan diperlukan. Pelatih yang baik memancarkan cahaya yang mampu menerangi area pembelajaran yang belum berkembang dan kemudian menawarkan dukungan yang memadai bagi peserta didik melalui contoh dan masukan yang baik, pada intinya.
f.        Buktikan Pembelajaran
Jika guru ingin mempromosikan penguasaam dikelas, kita perlu melakukan apa yang dikerjakan pendidik Finlandia ketika memodifikasi tes: membuat para siswa membuktikan jawaban mereka lewat pertanyaan yang sulit dan terbuka. Strategi untuk membuat para siswa untuk membuktikan pembelajaran mereka dapat diterapkan bukan hanya ketika kita membuat penilaian sumatif saja namun juga dalam pelajaran sehari-hari seperti dalam diskusi kelas, dalam kerja kelompok dan dalam penilaian formatif. Hal.161.
g.      Mendiskusikan Nilai
Melalui diskusi pribadi, kita dapat memberi siswa kita pemahaman yang lebih baik dan peran ketika menentukan nilai mereka. Ini  merupakan strategi yang menolong mereka untuk mencerminkan pembelajaran mereka dan pada akhirnya, mendukung mereka karena mereka berusahan mencapai penguasaan dalam kelas mereka. Hal.165.

















BAB V POLA PIKIR

Di Finlandia, banyak guru yang tampaknya mengadopsi pendekatan abundance oriented. Mereka terlihat tidak terpengaruh dengan bagaimana mereka bergantung kepada guru lain, dan sikap itu mempengaruhi pekerjaan mereka dengan perasaan bahagia. Salah satu tanda paling jelas dari penerapan pola pikir ini adalah jumlah kolaborasi yang signifikan. Hal.169.
a.      Mencari Flow
Di Finlandia, banyak guru yang tidak tertarik untuk menjadi superior. Alasan sederhana, mereka sudah cukup gembira dengan kompeten dalam pekerjaan mereka, dan pola pikir non kompetisi ini tampaknya membantu mereka untuk bekerja dengan lebih baik secara bersama-sama, juga membantu mereka untuk mencapai flow sehari-hari.
Menjadi guru yang juga mencari flow, bukannya superioritas adalah sesuatu yang tidak hanya baik untuk kita, tetapi juga baik bagi siswa. Siswa kita mengawasi kita dan jika melihat bahwa kita berusaha bekerja sebaik mungkin, tanpa membandingkan diri kita dnegan orang lain, maka contoh seperti ini akan memupuk sebuah budaya non kompetisi dikelas. Hal.173.
b.      Berkulit Tebal
Di Finlandia, banyak rekan kerja membuat terkesan tentang bagaimana mereka menghadapi konflik dengan orang tua, teman guru dan bahkan siswa. Sebagai guru ini bukan perkara jika kita menghadapi masalah ditempat kerja, ini lebih merupakan kapan. Memiliki kulit yang tebal adalah sesuatu yang membantu melindungi  kebahagiaan mereka. Hal.175.
Secara khusus, berkulit tebal berarti mengambil nafas dalam-dalam ketika Anda menerima surel panjang “berduri” dari orang tua yang kecewa dan biarkan hal itu hingga Anda merasa siap menghadapinya. Ini juga berarti untuk tidak patah semangat ketika kepala sekolah Anda secara terbuka memuji salah satu rekan kerja Anda dan tidak mengakui pekerjaan berat berupa serupa yang Anda kerjakan. Juga, ini berarti untuk tidak  memasukan ke dalam hati ketika salah satu siswa Anda mengomel di muka Anda. Hal.176.
c.       Kolaborasi Lewat Kopi
Ada 2 pertanyaan yang diajukan dalam setiap wawancara “Apa yang membuat Anda bahagia sebagai seorang guru, dan apa yang membuat murid Anda bahagia gembira ? Salah satu jawaban populer dari guru Finlandia, berkenaan dengan apa yang membuat gembira, adalah kolaborasi. Dalam buku Flip the System : Changing Education from the Ground Up 2016 :
Di Finlandia, saya menemuka sebuah struktur sekolah yang menyuburkan kolaborasi yang kaya di antara para guru. Dalam hampir 50% pelajaran saya, saya dipasangkan dengan 1 atau 2 rekan guru. Para guru di sekolah saya tidak hanya berkolaborasi dalam hal pemahaman tradisional, dengan merencanakan dan mengampu pelajaran bersama-sama, mereka sunggug bekerja bersama, saling berbagi satu sama lain untuk melacak sumber yang mereka perlukan untuk pelajaran berikutnya. Mereka mendiskusikan cara yang terbaik untuk mendukung siswa yang membutuhkan bantuan. Mereka menganalisis kurikulum bersama-sama. Mereka berbicara tentang bagaimana memperbaiki jam istirahat bagi anak-anak. Mereka menilai ujian bersama. Mereka saling menawarkan bantuan yang berhubungan dengan teknologi. Herannya kerja seperti ini sering terjadi ditengah-tengah asiknya menyeruput kopi, dalam jeda 15 menit tersebut sehari-hari. (hlm. 176-177). Hal.179.
d.      Menyambut Para Ahli
Semakin sering mengundang para ahli ke kelas, semakin melihat diri saya sebagai seorang manajer yang dapat merancang pengalaman pembelajaran yang luar biasa untuk kelas saya. Cara pikir yang baru ini mengangkat beban dari pundak saya, karena saya tidak perlu menguasai semuanya.
e.      Melepaskan Diri untuk Berlibur
Dalam buku Overwhelmed (2014), Brigid Schulte menjelaskan sebuah studi yang menarik, dilakukan oleh Sekolah Bisnis Harvard, yang tampaknya mendukung liburan yang cukup ini :
(Para peneliti) membandingkan 2 kelompok pekerja satu firma konsultasi Boston. Satu kelompok bekerja selama 50 jam atau lebih per minggu, tidak menggunakan seluruh waktu libur mereka, dan secara konstan terhubung dengan kantor secara elektronik. Kelompok lain bekerjaselam 40 jam, mengambil seluruh jatah libur, dan mengatur waktu libur yang bisa dihubungi via telepon sehingga klien tetap dapat ditangani namun masih dapat secara teratur, dapat diperkirakan, dan tanpa merasa bersalah sepenuhnya tidak terhubung dengan kantor. Kelompok mana yang menghasilkan pekerjaan yang lebih baik ? tentu saja, tidak mengagetkan, kelompok yang punya waktu llibur, melaporkan tingkat kepuasan pekerjaan yang lebih tinggi dan hidup kerja yang lebih seimbang. Hal.188.
f.        Jangan Lupa Bahagia
Alejandro Adler, Ph.D, melakukan studi tentang psikologi positif di 18 sekolah melibatkan lebih dari 8000 siswa tingkat menengah, dinegara Bhutan. Studi menunjukan bahwa kesejahteraan siswa dan nilai tes standar secara signifikan didorong oleh kurikulum kebahagiaan. “Kesejahteraan dan pencapaian akademik tampaknya tidak tidak antagonis, seperti yang dikatakan beberapa orang” (Adler, 2015). “Sebaliknya, meningkatnya kesejahteraan meningkatkan pencapaian akademik”. Hal.189.

Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela


Totto-chan: Gadis cilik di jendela
Stasiun Kereta Totto- chan  adalah seorang anak yang mempunyai segudang rasa ingin tahu. Dia berumur tujuh tahun dan duduk di kelas satu SD. Salah satunya ketika dia enggan mengulurkan karcisnya kereta api kepada petugas karcis, setelah dijelaskan oleh petugas karcis, bahwa karcis tersebut adalah milik stasiun kereta, dan timbulah keinginan Totto-chan ingin menjadi pernjual karcis kereta.
Gadis Cilik di Jendel Memang seperti anak kecil kebanyakan, tetapi menurut gurunya di sekolah yang lama, sang gadis kecil telah membuat kacau kelasnya. Sehingga,Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah. Guru itupun menceritakan berbagai kenakalan Totto-chan. Totto-chan  tidak pernah berhenti membuka-tutup mejanya, dan setelah satu jam kemudian  dia meninggalkan tempat duduknya  lalu berdiri di depan jendela, memandang keluar. Kemudian guru itu pun berpikir, selama Totto-chan  tidak membuat keributan, biar saja dia berdiri di sana. Tapi tiba- tiba gadis cilik itu memanggil  pengamen jalanan yang berpakaian kumuh. Dan kelas pun menjadi gaduh.
Perbuatan Totto-chan ini menyulut emosi sang guru. Tidak hanya guru di kelasnya yang kesal atas perbuatan Totto-chan, guru-guru lain pun terganggu oleh ulanya. Oleh karena itu, Mama Totto-chan pun terpaksa harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Tetapi mamanya tidak memberi tahu Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Karena takut Totto-chan akan menderita tekanan batin.
            Sekolah Baru Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah barunya, Totto-chan merasa bermimpi. Sekolah itu bernama Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen sendiri adalah sebuah sekolah unik yang didirikan di Jepang pada tahun 1937.Ruang kelas sekolah barunya itu menggunakan enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai.Totto-chan pun menjerit kegirangan. Dia langsung menyukai sekolah barunya itu. Sekolah itu dipenuhi oleh bunga berwarna merah dan kuning.
Kepala Sekolah Ketika Totto-chan bertemu dengan kepala sekolah, dia langsung merasa cocok walaupun awalnya dia merasa tidak nyaman. Kemudian dia menceritakan semua hal yang dia sukai. Wataknya yang riang dn terkadang suka melamun, membuat Totto-chan berpenampilan polos. Tapi jauh di dalam hatiny, dia merasa dirinya di anggap aneh berbeda dengan anak-anak lain. Kepala sekolah di sekolah barunya, Sosaku Kobayashi  membuat ia merasa aman, hangat dan senang.
          Makan Siang Memang, sekolah itu berbeda dengan sekolah lainnya. Muridnya saja hanya ada kira-kira lima puluh anak.  Apalagi ketika Totto-chan diajak melihat aula tempat biasa murid-murid makan siang. Dia sangat heran. Murid-murid  diwajibkan membawa  makanan yang berasal dari laut dan pegunungan. Dan Totto-chan pun tidak sabar menunggu hari esok.
            Pelajaran di Tomoe Esok harinya, Totto-chan sangat gembira ketika mau pergi ke sekolah. Di kelas satu di sekolah Tomoe Gakuen, hanya ada 9 murid. Peraturan di kelas itu sangat aneh menurut Totto-chan. Setiap anak diberi satu bangku tetap, tetapi mereka boleh duduk sesuka hati, dimana saja dan kapan saja. Pelajarannya pun sangat aneh. Setiap anak dibebaskan memilih pelajaran yang akan dipelajarinya. Murid yang suka mengarang langsung menuliskan sesuatu dan anak yang menyukai pelajaran fisika bisa langsung memulai praktikum.
            Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati perkembangan anak- anak dan bidang apa saja yang mereka minati serta cara berpikir dan karakter mereka. Bagi murid- murid memulai hari  dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai merupakan hal yang sangat menyenangkan.
            Santapan dari Laut dan Darat Dan akhirnya, tibalah waktu makan siang. Setiap anak diwajibkan untuk membawa makanan yang berasal dari laut dan pegunungan. Makanan yang dari laut contohnya seperti ikan dan tsukuda- ni (udang kecil dan sejenisnya yang direbus dengan kecap dan sake manis). Sementara makanan yang berasal dari pegunungan berarti makanan dari daratan  seperti sayuran, daging sapi dan daging ayam.
            Mama Totto-chan sangat terkesan dengan cara ini dan berpendapat bahwa sangat sedikit kepala sekolah yang mampu menetapkan aturan makan sepenting itu secara sederhana. Anehnya, keharusan  untuk memilih hanya dari dua kategori itu, justru membuat pekerjaan menyiapkan bekal makan siang menjadi lebih sederhana.
            Totto-chan merasa gugup di hari pertama ketika makan siang, tapi acara itu menurutnya sangat menyenangkan. Dan yang lebih menyenangkan lagi menurutnya adalah ketika menyantap bekal buatan mama, rasanya sungguh lezat.
            Yuk Kunyah Baik-Baik Biasanya orang mulai makan dengan berkata “itadakimasu” (selamat makan). Tetapi di Tomoe Gakuen lain. Sebelum makan semua bernyanyi. Kepala Sekolah menciptakan lagu khusus untuk  makan siang. Lagunya seperti ini:
Yuk kunyah baik-baik,
Semua makananmu,
Yuk kunyah baik-baik,
Nasi, ikan, sayur!
Barulah setelah selesai bernyanyi, mereka semua mengucapkan “itadakimasu”. Setelah makan siang,
Berjalan-jalan Sambil Belajar Totto-chan bermain di halaman sekolah bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas. Anak-anak tak menyadari bahwa sambil berjalan-jalan yang bagi mereka seperti acara bebas dan main-main sebenarnya mereka mendapatkan pelajaran berharga tentang sains, sejarah, dan biologi.
            Lagu Sekolah Setiap hari di Tomoe Gakuen selalu penuh kejutan menurut Totto-chan. Ia begitu bersemangat pergi ke sekolah. Dan setiap kali pulang dia tidak pernah berhenti bicara. Dia menceritakan semua yang dilakukannya di sekolah hari itu kepada orang tuanya dan Rocky, anjingnya.
            Bahkan ketika sudah terbiasa dengan sekolah barunya, Totto-chan masih saja punya segudang cerita untuk diceritakannya setiap hari. Orang tuanya sangat bersyukur karena Totto-chan sangat menikmati sekolahnya.
Pemupukan kepercayaan diri juga dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki hambatan fisik yang kebetulan bersekolah di Tomoe. Perlombaan pada saat perayaan Hari Olahraga di Tomoe sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat ikut serta. Bahkan dapat menjadi pemenang.
Takahashi, seorang murid yang tubuh, tangan dan kakinya berukuran pendek, mampu meraih juara umum. Kaki dan tangan Takahashi yang pendek membantunya memenangkan bermacam-macam lomba, seperti perlombaan menaiki tangga yang anak tangganya tersusun rapat, dan perlombaan merayap ke dalam ikan karper yang terbuat dari kain. Perlombaan yang berhasil membuat seorang anak yang memiliki hambatan fisik merasa dirinya mampu berprestasi seperti anak-anak lainnya.
Bahkan saking ingin menjaga mental anak didiknya, Kepala Sekolah pernah memarahi seorang guru yang pada saat menerangkan pelajaran biologi menanyakan pada seorang anak, apakah anak itu masih punya ekor. Pertanyaan yang wajar ditanyakan seorang guru saat pelajaran. Pertanyaan yang biasa saja bila ditujukan kepada anak normal. Namun pertanyaan tersebut kebetulan ditujukan pada seorang anak yang mengalami kelainan pada pertumbuhan tubuhnya. Kepala Sekolah tak ingin perkembangan jiwa si anak terganggu, karena merasa dirinya dianggap makhluk aneh.
Pada suatu hari, dalam perjalanan sekolah di atas kereta api, Totto-chan berpikir apakah Tomoe Gakuen punya lagu sekolah. Karena ingin tahu secepat mungkin, ia tidak sabar menunggu sampai kereta tersebut sampai ke stasiun yang terdekat di sekolahnya.
            Begitu kereta memasuki stasiun Jiyugaoka, Totto-chan langsung melompat turun dan melesat dengan cepat. Begitu masuk gerbong kelasnya, dia langsung bertanya kepada temannya apakah sekolah Tomoe Gakuen itu punya lagu sekolah. Tetapi temannya menjawab tidak. Dan dia beserta teman- temannya pergi ke kantor kepala sekolah untuk meminta dibuatkan lagu sekolah. Dan kepala sekolahnya pun berjanji besok pagi lagu sekolah itu pasti siap.
            Dan keesokan harinya, ada pengumuman yang ditempelkan disetiap kelas, yang menyuruh setiap anak dan guru berkumpul di lapangan sekolah. Totto-chan bergabung dengan murid-murid lain, semua penasaran ingin tahu. Sambil membawa papan tulis ke tengah lapangan, kepala sekolah berkata, “ Nah, dengar, ini lagu untuk Tomoe, sekolah kalian.”  Tetapi lagu itu sangat pendek. Dan anak- anak pun tidak menyukai lagu itu.
Kepala Sekolah pun  merasa sedikit kecewa. Tetapi dia tidak marah. Mungkin kepala sekolah tidak pernah berpikir untuk membuat lagu sekolah. Jadi, ketika nada-nada itu dihapus dari papan tulis, berakhirlah masalah dan Tomoe Gakuen tidak pernah punya lagu sekolah.
            Nama Totto-chan Nama Totto-chan yang sebenarnya adalah Tetsuko. Sebelum ia lahir, semua teman orang tuanya yakin bahwa bayi yang akan lahir itu berjenis kelamin laki- laki. Mereka pun memutuskan menamai bayi mereka Toru. Ketika ternyata yang lahir bayi perempuan, mereka sedikit kecewa.
            Tapi mereka menyukai huruf Cina untuk Toru, maka mereka menggunakan huruf itu untuk nama anak perempuan dengan memakai ucapan versi Cina tetsuko dan menambahkan akhiran ko yang biasa digunakan untuk nama anak perempuan.
            Jadi,  semua orang  memanggilnya Tetsuko-chan. Tapi bagi gadis cilik itu, nama itu tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi, setiap kali seseorang bertanya siapa namanya, ia akan menjawab, Totto-chan. Ia bahkan mengira chan adalah bagian dari namanya. Papanya kadang memanggil Totsky seolah ia anak laki-laki.
Acara Lawak di Radio Totto-chan suka mendengarkan lawakan radioa, jika lawakannya lucu ia akan tertawa terpingkal-pingkal. Ada satu hal yang pasti, anak-anak memang memiliki rasa humor yang alami. Semuda apapu umur mereka, anak-anak sellau tahu bila sesuatu memang benar-benar lucu.
          Akan ada Gerbong Baru Di sekolah Tomoe akan  ada sebuah gerbong baru untuk ruang perpustakaan. Dan anak-anak yang ingin melihat datangnya gerbong tersebut harus menginap di sekolah. Karena gerbong tersebut akan datang pada malam hari. Mereka pun berkumpul di sekolah setelah sempat pulang ke rumah untuk mengambil piama dan selimut. Totto-chan dan teman- temannya tidak akan pernah lupa malam itu. Saat gerbong yang baru, datang.
           Kolam Renang Keesokan harinya, ada kejadian yang membuat Totto-chan bertambah heran. Kepala sekolah Tomoe Gakuen mengizinkan anak muridnya untuk berenang tanpa memakai sehelai baju pun. Ini dimaksudkan untuk mengajarkan muridnya bahwa semua tubuh itu indah. Karena ada beberapa murid di sekolah Tomoe Gakuen yang terkena polio dan cacat tubuh.
            Kepala Sekolah berpendapat jika mereka bertelanjang dan bermain bersama, rasa malu itu akan hilang dan membantu menjauhkan mereka dari rasa rendah diri. Akibatnya hampir semua  murid Tomoe Gakuen berkulit cokelat, dan hampir tidak ada yang kulitnya belang putih bekas baju renang.
            Euritmik Setelah liburan musim panas berakhir, semester kedua pun dimulai. Di Jepang, tahun ajaran sekolah dimulai pada bulan April. Sebagian besar jam pelajaran di Tomoe Gakuen diisi dengan pelajaran musik, metode ini diterapkan oleh Sosaku Kobayasi setelah belajar setahun bersama  pecipta euritmik Jaques Dalcroze, dengan tujuan untuk membuat kepribadian yang ritmik, yaitu kepribadian yang kuat, indah, selaras dengan alam, dan mematuhi hukum-hukumnya.
            Pakaian Paling Usang Pada waktu mau masuk sekolah, kepala sekolah berpesan kepada para orangtua agar mengenakan pakaian paling usang ketika ke sekolah. Dia ingin semua murid mengenakan pakaian usang agar mereka tidak perlu mengkhawatirkan pakaian mereka akan kena lumpur atau robek. Menurutnya, sayang kalau anak-anak harus takut dimarahi akibat mengotori pakaian mereka, atau ragu-ragu bergabung mengikuti suatu permainan karena cemas baju mereka akan robek.
            Takahashi Suatu pagi, sekolah Tomoe Gakuen kedatangan murid  baru. Namanya Takahashi. Dia sekelas dengan Totto-chan dan berasal dari Osaka. Osaka adalah kota impian yang belum pernah dilihat Totto-chan. Dan saat itu Totto-chan meminta Takahashi untuk menceritakan tentang Osaka. Sayangnya, lonceng berdentang, tanda jam pelajaran pertama dimulai. Totto-chan pun merasa sedikit kecewa. Dan Takahashi pun menjadi salah satu sahabat Totto-chan.
            Lihat Dulu, Baru Lompat Dalam perjalanan pulang dari sekolah, tak jauh dari rumah, di pinggir jalan Totto-chan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, gundukan pasir yang tinggi. Totto-chan senang sekali. Setelah melompat-lompat kecil, ia berlari kencang kearah gundukan pasir itu lalu melompat ke puncaknya. Tapi, ternyata itu bukan gundukan pasir. Di dalamnya ada adonan semen abu-abu.
            Kemudian Totto-chan pun terbenam ke dalam semen itu. Lama-kelamaan badannya tenggelam sampai dada. Ia tampak seperti patung, lengkap dengan tas sekolah dan sepatu. Semakin kuat ia mencoba keluar, semakin dalam kakinya terbenam. Sepatunya pun hampir lepas. Sampai sore hari tidak ada yang menolongnya. Sampai mama menemukannya di dalam gundukan semen itu. Mama yang mencoba menolongnya, kakinya malah ikut terperosok ke dalam gundukan itu.
            Selang beberapa lama, akhirnya Totto-chan dapat keluar dari gundukan semen itu. Dan mama pun mengingatkannya agar tidak melompat ke dalam sesuatu sebelum mengetahui isinya. Hari-hari di musim gugur semakin pendek. Ketika akhirnya mereka sampai di rumah langit benar-benar sudah gelap.
            Kami Hanya Main-Main  Suatu hari setelah pulang sekolah, Toto-chan mengalami kecelakaan parah, pada saat bermain dengan Rocky anjing peliharaannya, telinga Toto-chan digigit rocky hingga berdarah.
Thank You Liburan tahun baru hampir tiba. Totto-chan berencana akan pergi bermain ski bersama papa dan mama. Teman papanya, Hideo Saito, pemain cello dan dirigen di orkestra tempat papa bermain, punya rumah peristirahatan  yang indah di Tanah Tinggi Shiga. Mereka biasa menginap di sana pada musim dingin. Totto-chan mulai belajar bermain ski sejak bersekolah di taman kanak-kanak.   
            Bagi Totto-chan, tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya. Kini ia sudah kelas satu sekolah dasar dan sudah tahu bahasa Inggris walaupun sedikit. Papa mengajarinya bagaimana mengucapkan  “thank you”.
            Gerbong Pepustakaan Ketika kembali ke sekolah setelah liburan musim dingin, anak-anak melihat sesuatu yang baru dan menakjubkan. Mereka berteriak-teriak kegirangan melihatnya. Di seberang deretan kelas ada satu gerbong baru, di samping petak bunga, dekat Aula. Ketika mereka berlibur, gerbong itu telah ditata menjadi perpustakaan.
            Kepala sekolah mengatakan bahwa semua murid boleh datang ke perpustakaan kapan saja serta boleh meminjam buku untuk dibawa pulang. Dan jika sudah selesai membacanya, mereka harus mengembalikan buku itu. Dan kalau ada yang punya buku di rumah yang pantas dibaca oleh teman-teman, kepala sekolah akan senang sekali jika mereka membawa buku itu ke perpustakaan.
            Anak-anak sangat gembira. Karena belum terlalu lancar membaca, Totto-chan memilih buku bergambar yang tampak paling menarik. Buku yang dipilih Totto-chan rupanya berisi cerita rakyat. Ceritanya tentang putri orang kaya yang tidak bisa mendapatkan suami karena dia selalu buang angin. Akhirnya, orangtuanya berhasil menemukan suami untuk putrinya. Tetapi gadis itu terlalu bersemangat pada hari pernikahannya hingga tanpa sadar, dia buang angin lebih kencang dari biasanya. Angin itu mengangkat suaminya dari ranjang, memutar-mutar tubuhnya tujuh setengah kali, lalu membenturkan pria malang itu ke dinding sampai pingsan.
            Gambar yang paling menarik di buku itu adalah gambar yang menunjukkan si pengantin pria berputar-putar di dalam kamar karena diterbangkan angin. Sejak itu, banyak anak yang ingin membaca buku tersebut.
           Tahun Kedua di Tomoe Tak terasa musim semi telah tiba. Hari itu tepat setahun sejak pagi hari ketika untuk pertama kalinya Totto-chan datang ke Tomoe Gakuen bersama mama. Sekarang Totto-chan dan teman-temannya gembira karena status baru mereka sebagai anak kelas dua. Mereka menonton anak-anak baru di kelas satu dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi Totto-chan, tahun-tahun yang sudah ia lewati penuh dengan berbagai peristiwa.
            Guru Pertanian Kepala sekolah memperkenalkan seorang guru baru. Dia adalah  petani yang diminta kepala sekolah untuk mengajarkan cara bercocok tanam kepada muridnya. Petani itu mengajarkan apa saja yang dia bisa. Walaupun seorang petani, murid-murid menghormatinya layaknya seorang guru. Dan mereka menyebutnya guru pertanian.
            Pengantinnya Setahun kemudian, Totto-chan sudah duduk di kelas tiga. Dan dia sangat sedih karena dia sangat menyukai Tai-chan. Tai-chan anak yang cerdas dan mahir dalam pelajaran fisika. Tai-chan juga pintar bahasa Inggris dan dia yang mengajari Totto-chan mengucapkan kata rubah dalam bahasa Inggris. Tetapi suatu hari, Tai-chan pernah berbicara kasar terhadapnya. Dan itu membuatnya sangat sedih. Hanya karena Totto-chan melempar Tai-chan keluar arena waktu gulat sumo. Dan itu membuat Tai-chan sangat malu.
Anak yang Bicara Bahasa Inggris Tomoe Gakuen kedatangan anak baru lagi. Tubuhnya terlalu jangkung dan tegap untuk anak laki-laki seusianya. Menurut Totto-chan perawakannya seperti anak kelas tujuh. Pakaiannya juga beda, mirip pakaian anak dewasa.
Pagi itu anak-anak berkumpul di halaman sekolah. Dan kepala sekolah pun memperkenalkan murid baru. Namanya adalah Miyazaki. Dia lahir dan dibesarkan di Amerika. Jadi, Miyazaki tidak lancar berbicara dalam bahasa Jepang. Kepala sekolah meminta murid-muridnya untuk membantu Miyazaki mengenal lingkungan sekolahnya.
            Biola Papa Sebelum mereka sadari, perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa dalam kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di lingkungan tempat tinggalnya dikirim untuk pergi perang. Bahan pangan dengan cepat menghilang dari toko-toko. Semakin lama semakin sulit untuk memenuhi aturan makan siang di Tomoe Gakuen, yaitu menyediakan sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan. Hampir semua kebutuhan dijatah. Di mana-mana tidak ada lagi orang yang menjual permen.
Rocky Hilang Banyak serdadu gugur, makanan sulit didapat dan semua orang hidup dalam ketakutan, tapi musim panas tetap datang seperti biasa. Tidak ada lagi acara berkemah di Tomoe dan tak ada lagi piknik-piknik yang menyenangkan ke sumber air panas.
Jamuan Minum Teh Ryo-chan, tukang kebun di Tomoe akhirnya dipanggil untuk berperang. Dia sudah dewasa, tetapi mereka selalu memanggilnya dengan panggilan kanak-kanaknya. Ryo-chan bagaikan malaikat pelindung yang selalu menyelamatkan setiap kali ada anak yang mengalami masalah. Ryo-chan bisa melakukan apa saja.
Kepala sekolah merencanakan acara jamuan minum teh untuk mengantarkan keberangkatan Ryo-chan. Ini jamuan minum teh yang pertama di Tomoe. Jamuan minum teh adalah hadiah perpisahan yang menyenangkan dari Ryo-chan untuk anak-anak, walaupun ketika itu anak-anak sama sekali tidak punya bayangan tentang apa yang terjadi di luar lingkungan mereka. Jamuan minum teh menjadi permainan terakhir yang para murid mainkan di Tomoe sebelum mereka berpisah dan pergi menjalani kehidupan masing-masing.
Sayonara-Sayonara Ryo-chan pergi naik kereta Toyoko. Kepergiannya bertepatan dengan kedatangan pesawat-pesawat Amerika. Pesawat-pesawat itu akhirnya muncul di langit Tokyo dan mulai menjatuhkan bom setiap hari.
Karena banyaknya bom yang dijatuhkan tentara Amerika, akhirnya Tomoe Gakuen pun terbakar. Kejadiannya di malam hari. Sekolah yang merupakan impian Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah terbakar habis. Sekolah itu roboh bersamaan dengan bunyi-bunyi yang mengerikan, bukan iringan suara-suara yang amat disayanginya, suara tawa dan nyanyian anak-anak. Api, yang tidak mungkin dipadamkan, meratakannya dengan tanah. Api berkobar dimana-mana diseluruh Jiyugaoka.
Di tengah semua itu, kepala sekolah berdiri di tengah jalan sambil memandang Tomoe terbakar. Seperti biasa, dia mengenakan setelan tiga potong berwarna hitam yang sudah usang. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam saku. “Sekolah seperti apa yang akan kita bangun lagi?” tanyanya kepada putranya, Tomoe, yang berdiri di sampingnya. Tomoe mendengar kata-kata ayahnya,terpana dan tidak bisa berkata apa-apa. Kecintaan Mr. Kobayashi terhadap anak-anak dan ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat daripada api yang sekarang membakar sekolahnya.
Totto-chan berbaring dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di antara orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju Timur Laut. Ketika dia memandang ke luar jendela, dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah, “Kita akan bertemu lagi!”. Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu. Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu lagi dengan Mr. Kobayashi, Totto-chan akhirnya tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan.  
Di akhir buku cerita ini Si penulis menceritakan tentang teman-temannya yang dulu pernah bersekolah di Tomoe Gakuen. Akira Takahashi, temannya yang terkena polio tidak pernah bertambah tingginya. Tapi dengan nilai-nilai yang sangat bagus, dia berhasil diterima di SMU yang terkenal di Jepang. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Meiji dan meraih gelar insinyur listrik. Sekarang dia menjadi manajer personalia di sebuah perusahaan elektronik. Dan Totto-chan pun mengunjungi Takahashi dan istrinya di Hamamatsu.Mereka bernostalgia dengan menceritakan perasaan mereka saat bersekolah di Tomoe Gakuen.
Miyo-chan, putri ketiga Mr. Kobayashi, lulus dari Departemen Pendidikan Kolese musik Kunitachi dan sekarang mengajar musik di sekolah dasar yang merupakan bagian dari kotese itu. Seperti ayahnya, dia sangat suka mengajar anak-anak kecil.
Tai-chan, orang yang pernah disukainya, menjadi salah satu ahli fisika Jepang yang terkenal. Sekarang dia tinggal di Amerika, bekerja di laboratorium terbesar di dunia dan menjadi asisten direktur. Tai-chan menikah dengan gadis berbakat yang lulus dengan nilai-nilai yang bagus di bidang Matematika dari University of Rochester.
Ryo-chan, si penjaga sekolah , yang pergi ke medan perang, kembali dengan selamat. Dia tidak pernah melewatkan acara reuni siswa Tomoe setiap tanggal 3 November.